Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penasihat KPK Dinilai Lebih Efektif daripada Komite Etik Non AdHoc

Kompas.com - 24/04/2015, 10:03 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua, menilai, pembentukan Komite Etik non adhoc kurang efektif untuk mengawasi perilaku Pimpinan KPK. Bahkan, menurut dia, penasihat KPK diberikan kewenangan paling besar untuk memantau kinerja para pimpinan.

Wacana pembentukan Komite Etik nonadhoc diusulkan Komisi III DPR setelah menyetujui pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti UU tentang Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi UU.

"Ada yang lebih efektif dari komite etik permanen, yaitu penasihat KPK yang diberi kewenangan lebih besar daripada yang ada selama ini," ujar Abdullah, melalui pesan singkat, Jumat (24/4/2015).

Abdullah mengatakan, nasihat dan pertimbangan yang disampaikan oleh penasihat sifatnya tidak mengikat pimpinan KPK sehingga tidak merasa terkekang. Namun, ia mengakui bahwa perlu ada penyempurnaan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang KPK yang berkaitan dengan penasihat KPK.

"Ketentuan itu perlu disempurnakan, yakni nasihat dan pertimbangan KPK menjadi prioritas pertimbangan bagi pimpinan dalam mengambil putusan atau menetapkan suatu kebijakan," kata Abdullah.

Sementara itu, bagi pegawai KPK, nasihat dan pertimbangan penasihat bersifat mengikat. Dengan demikian, kata Abdullah, kualitas penasihat KPK minimal sederajat dengan kualitas pimpinan KPK.

Pembentukan Komite Etik untuk KPK dinilainya akan sia-sia jika perannya disetarakan seperti Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Kejaksaan. Berkaca dari sikap Kompolnas atas polemik Budi Gunawan, menurut dia, peran Kompolnas terlihat lemah.

"Harus ada mekanisme yang mengawasi Komite Etik agar tidak melakukan blunder sebagaimana dibuat Kompolnas atau Komisi Kejaksaan," ujar dia.

Abdullah menambahkan, jika pada akhirnya Komite Etik non adhoc dibentuk, maka anggotanya harus dipilih oleh panitia seleksi yang ditunjuk langsung oleh presiden. Kualitas Komite Etik, kata Abdullah, setidaknya harus setara dengan para pimpinan KPK.

"Dalam konteks ini, pimpinan KPK tidak lagi dipilih DPR, tetapi final di Pansel. DPR hanya menetapkan, menerima, atau menolak pilihan Pansel," kata Abdullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Depan AS-Rusia, Delegasi RI Minta Kemampuan Pasukan Perdamaian Dunia Ditingkatkan

Di Depan AS-Rusia, Delegasi RI Minta Kemampuan Pasukan Perdamaian Dunia Ditingkatkan

Nasional
Satgas Judi 'Online' Diharap Bekerja Tak Terlibat Konflik Kepentingan

Satgas Judi "Online" Diharap Bekerja Tak Terlibat Konflik Kepentingan

Nasional
PPATK Didesak Segera Serahkan Daftar Anggota DPR Main Judi 'Online' ke MKD

PPATK Didesak Segera Serahkan Daftar Anggota DPR Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
MPR Dukung Sanksi Berat Buat Legislator Main Judi 'Online'

MPR Dukung Sanksi Berat Buat Legislator Main Judi "Online"

Nasional
Buka Peluang Kerja Sama dengan PDI-P, PKS: Kami Sudah Berkali-kali Koalisi di Pilkada

Buka Peluang Kerja Sama dengan PDI-P, PKS: Kami Sudah Berkali-kali Koalisi di Pilkada

Nasional
PKS Bakal Temui Cak Imin dan PKB, Bahas Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

PKS Bakal Temui Cak Imin dan PKB, Bahas Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

Nasional
Dompet Dhuafa Hadiri Kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid di Vietnam

Dompet Dhuafa Hadiri Kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid di Vietnam

Nasional
Yakin Tak Blunder Usung Anies-Sohibul di Pilkada, PKS: Kami Bukan Pemain Baru di Jakarta

Yakin Tak Blunder Usung Anies-Sohibul di Pilkada, PKS: Kami Bukan Pemain Baru di Jakarta

Nasional
Demo Tolak Revisi UU Polri, Aliansi Masyarakat Sipil: Kekuasaan Polisi Bakal Melebihi Presiden

Demo Tolak Revisi UU Polri, Aliansi Masyarakat Sipil: Kekuasaan Polisi Bakal Melebihi Presiden

Nasional
Yakin Partai Lain Tertarik Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Enggak Mau Aman?

Yakin Partai Lain Tertarik Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Enggak Mau Aman?

Nasional
Sejumlah Nama yang Disiapkan PDI-P untuk Pilkada: Risma-Azwar Anas di Jatim, Andika Perkasa di Jateng

Sejumlah Nama yang Disiapkan PDI-P untuk Pilkada: Risma-Azwar Anas di Jatim, Andika Perkasa di Jateng

Nasional
PKS Enggan Tawarkan Partai KIM untuk Usung Anies-Sohibul, tetapi Berbeda dengan PDI-P

PKS Enggan Tawarkan Partai KIM untuk Usung Anies-Sohibul, tetapi Berbeda dengan PDI-P

Nasional
Soal Tawaran Kursi Cawagub Pilkada Jakarta oleh KIM, PKS: Beri Manfaat atau Jebakan?

Soal Tawaran Kursi Cawagub Pilkada Jakarta oleh KIM, PKS: Beri Manfaat atau Jebakan?

Nasional
Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Nasional
PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com