Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan Nyali KPK

Kompas.com - 16/02/2015, 15:01 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Komisi Pemberantasan Korupsi sedang diuji. Setelah penetapan calon Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka, semua komisioner KPK berturut-turut diadukan sejumlah pihak ke kepolisian atas berbagai kasus di masa lampau. Publik memandang KPK kini diuji antara terbebas dari kepentingan politik dan besarnya kepercayaan publik kepada lembaga ini.

Kisruh antara KPK dan Polri kali ini dipicu oleh penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK, tak lama setelah Presiden Joko Widodo menetapkan Budi sebagai satu-satunya calon Kapolri. Budi Gunawan bahkan juga lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh DPR saat ia sudah menjadi tersangka dugaan korupsi.

Setelah itu bertubi-tubi KPK menghadapi serangan. Wakil Ketua KPK Zulkarnain menilai, penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto oleh polisi merupakan bentuk serangan langsung terhadap KPK.

Serangan berikutnya antara lain permohonan praperadilan oleh Budi Gunawan, penetapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka, hingga pelaporan semua komisioner KPK oleh sejumlah pihak ke kepolisian. Umumnya, kasus-kasus dugaan pelanggaran hukum oleh para komisioner KPK dilakukan saat mereka belum menjabat sebagai komisioner.

Hasil jajak pendapat pekan lalu mengungkap pendapat publik yang melihat adanya upaya kriminalisasi terhadap para komisioner KPK. Hampir 70 persen responden menyatakan hal itu. Anggapan publik bukan tanpa dasar. Keempat pimpinan KPK dilaporkan atas kasus yang diduga dilakukan ketika mereka belum menjabat sebagai komisioner KPK. Bahkan, kasus yang menimpa Bambang Widjojanto telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi beberapa tahun lalu, dan memenangkan pihak Bambang Widjojanto.

Pelaporan semua pimpinan KPK akan berujung pada penetapan status tersangka kepada mereka semua. Ini artinya KPK bisa lumpuh. Jika hal itu terjadi, masa depan pemberantasan korupsi di negeri terancam suram. Publik tampaknya mengedepankan eksistensi lembaga KPK dalam memberantas korupsi sebagaimana telah dilakukan selama ini.

Tak putus dirundung kasus

Sejak berkiprah memberantas korupsi, Ketua dan Komisioner KPK tak lepas dirundung kasus yang menimpa ketua dan komisionernya. Pada masa Antasari Azhar menjabat Ketua KPK (2007-2009), dia ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dan dihukum penjara 18 tahun.

Pada periode 2008-2009, dua komisioner KPK, yaitu Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto, sempat ditahan dalam kasus yang populer disebut ”cicak versus buaya”. Pada 2012, salah seorang penyidik Polri yang bertugas di KPK, Komisaris Novel Baswedan, juga sempat dijadikan tersangka.

Sejauh ini, berbagai kasus yang menimpa petinggi KPK tak membuat lembaga ini kehilangan dukungan publik. Keberhasilan mengungkap kasus-kasus korupsi besar membuat KPK tetap dipercaya dan dinilai bekerja dengan memuaskan.

Enam dari sepuluh responden merasa puas dengan kinerja KPK dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi. Demikian pula dengan fungsi mencegah korupsi dan memonitor penyelenggara negara.

Satu yang disesalkan publik ialah KPK dianggap kurang mampu menjaga keharmonisan hubungan dengan institusi penegak hukum lain.

Lebih dari separuh responden (63,2 persen) merasa tidak puas dengan kemampuan KPK berkoordinasi dengan Polri ataupun Kejaksaan dalam memberantas korupsi. Sengkarut hubungan KPK-Polri dari kasus cicak-buaya tahun 2009 hingga sekarang seakan menyiratkan musuh abadi dalam relasi dua lembaga tersebut.

Kepentingan politik

Lepas dari penilaian positif KPK secara umum, publik memberi penilaian dalam tingkatan yang berbeda terhadap kebenaran kasus-kasus yang menimpa komisioner KPK. Sebagian besar responden (62,6 persen) tidak meyakini kebenaran kasus kesaksian palsu sengketa pilkada yang menimpa Bambang Widjojanto. Demikian pula dengan kasus yang dituduhkan kepada komisioner KPK lainnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com