Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua KPK: Indonesia Butuh Pemimpin "Gila" yang Dekat dengan Rakyatnya

Kompas.com - 10/11/2014, 19:38 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com —Ketua KPK Abraham Samad menegaskan bahwa Indonesia memerlukan pemimpin "gila" yang dekat dengan rakyatnya, memikirkan kesejahteraan rakyatnya, dan memimpin dengan hati atau berkarakter (satu dalam kata dan perbuatan).

"Kita mempunyai 50 persen lebih dari 500-an pemimpin (kepala daerah) yang menjadi 'pasien' KPK. Karena itu, kita perlu pemimpin 'gila' yang aneh untuk ukuran Indonesia saat ini," kata Abraham di hadapan seribuan peserta Kongres Pelajar Nusantara di Surabaya, Senin (10/11/2014).

Dalam kongres yang digagas Organisasi Pemimpin OSIS Se-Surabaya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya itu, ia menjelaskan, pemimpin "gila" itu pemimpin yang tidak ada jarak dengan rakyatnya.

"Pejabat sekarang cenderung menjaga jarak atau sulit bertemu dengan rakyat yang dipimpinnya sendiri, tapi kita mempunyai pemimpin 'gila' seperti Jokowi (Presiden Joko Widodo), Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini), dan semacamnya," katanya.

Menurut dia, pemimpin "gila" juga selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya, bahkan pemimpin "gila" itu tidak akan hidup mewah bila rakyatnya belum sejahtera. "Pemimpin 'gila' juga selalu mewujudkan kata dalam perbuatan," katanya.

Saat ditanya seorang pelajar dari Kalimantan tentang adanya pemimpin yang korup tetapi bisa terpilih lagi dalam pilkada langsung, ia mengatakan hal itu terjadi karena perilaku korup di Indonesia sudah dianggap perbuatan yang biasa.

"Tapi, adik-adik jangan meniru pemimpin seperti itu karena kalau pemimpin korup dipilih terus, saya jamin rakyat tidak akan pernah sejahtera karena kesejahteraan rakyat hanya ada dalam sumpah, tapi tidak ada dalam perbuatan," katanya.

Oleh karena itu, KPK saat ini memperluas perhatian dari penindakan kasus korupsi menuju pencegahan kasus-kasus korupsi. "Caranya, kita lakukan perbaikan sistem dan pendidikan antikorupsi, mulai dari PAUD dengan dongeng hingga universitas," katanya.

Dalam kesempatan itu, Abraham Samad menyebut sembilan nilai-nilai antikorupsi, yakni kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.

"Karena itu, kalau adik-adik masih suka menyontek atau berbohong, maka hal itu harus diakhiri karena kalau diteruskan akan bisa menumbuhkan perilaku koruptif," katanya dalam kongres yang juga dihadiri "Guru Bangsa" Buya Syafii Maarif itu.

Agenda kongres seribu pelajar se-Indonesia antara lain mengenal budaya dan permainan serta kampung tradisional di Surabaya, seperti permainan egrang. Selain itu, peserta juga diajak menanam pohon dan bersih-bersih pantai di Kenjeran.

Berikutnya, peserta merumuskan Ikrar Pelajar di Taman Bungkul, mengikuti Parade Juang dengan pakaian adat daerah masing-masing, menyaksikan pameran pendidikan di Balai Pemuda, dan bertemu tokoh seperti Syafii Maarif dan Ketua KPK Abraham Samad.

Lima Ikrar Pelajar adalah menjaga keutuhan NKRI, bertekad menjadi pelajar yang berbudi luhur, berinisiatif dan turut terlibat aktif dalam kehidupan sosial, menumbuhkan jiwa kewirausahaan demi Indonesia yang berdikari, dan melestarikan lingkungan dan kebudayaan Nusantara sebagai identitas dan kekayaan bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com