"Siapa yang nantinya akan memimpin (koalisi) saya kira harus dibicarakan bersama sama. Tapi tentu harus diprioritaskan dari yang dapat suara terbesar dari rakyat," kata Din dalam diskusi bertajuk 'Membaca Arah Politik Islam' di Jakarta, Sabtu (19/4/2014).
Namun, alih-alih memimpin koalisi, Din justru mengaku ragu PKB akan ikut masuk dalam koalisi. Pasalnya, dalam berbagai kesempatan wawancara di media massa, pimpinan PKB kerap menunjukkan sikap ragu kalau koalisi partai islam bisa terbentuk.
"Mau tidak PKB? Kita ikuti penjelasan di publik katanya tidak mau. Itu katanya tidak possible. Kalau dari partai yang dapat perolehan setingkat diatas saja sudah tidak mau, saya kira susah," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia itu.
Pendapat Din tersebut diamini oleh Ketua Persatuan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendi Yusuf. Slamet menilai PKB sebagai partai islam dengan perolehan suara tertinggi di pileg mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pemersatu bagi partai islam yang lain.
"Tapi saya lihat inisiatif seperti itu belum muncul. Setiap saya tanya, saya sering dengar jawaban yang diplomatis. 'Sekarang sedang kita jajaki komunikasi dengan semua parpol', begitu jawab mereka," ujar Slamet.
Padahal, menurutnya, momentum PKB memiliki perolehan suara yang cukup jauh di atas partai islam lain akan sulit terulang. Berdasarkan hasil hitung cepat pileg dari berbagai lembaga, PKB diperkirakan mendapat suara sekitar 9 persen, sementara parpol islam lain paling besar hanya mendapatkan sekitar 6 persen.
"Ini adalah momentum, kesempatan PKB menyatukan umat islam. Masih ada waktu kalau mereka mau melakukan itu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.