Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati, Jokowi, dan Banjir Jakarta

Kompas.com - 08/03/2014, 09:26 WIB


SURABAYA, KOMPAS.com — Sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ternyata sangat memperhatikan betul kinerja kader-kadernya di birokrasi, tak terkecuali Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi.

Misalnya, ketika banjir melanda Jakarta dengan kawasan genangan dan rendaman air yang meluas dan meninggi, maka orang nomor satu pada partai berlambang banteng dengan moncong putih itu pun tak segan-segan "menjewer" Jokowi.

"Saya langsung jewer dia (Jokowi), kenapa hal itu bisa terjadi, kenapa masih saja masih akan membangun 17 mal di ibu kota," ucap Megawati ketika menyampaikan kuliah umum di Universitas Surabaya, Sabtu (1/3/2014). Acara itu juga dihadiri Jokowi sebagai tokoh sipil yang dinilai sukses.

Kompas-Agus Susanto Luapan Kali Ciliwung memutus jalur kendaraan di Jalan KH Abdullah Syafi'ie, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (13/1/2014)


Namun, Jokowi ternyata bisa memberikan argumentasi yang dapat diterima Megawati. "Dia (Jokowi) bilang kepada saya kalau 17 mal itu bukan kesepakatan dirinya, tapi gubernur sebelumnya dan dia tinggal melaksanakan. Lalu saya cuma bilang awas banjir lho," tuturnya.

Dalam kesempatan berbicara pada forum Departemen Mata Kuliah Umum (MKU) Ubaya itu, Jokowi menyatakan dirinya pun berusaha "menandingi" perizinan untuk 17 mal yang sudah keluar itu dengan membangun sarana bisnis untuk PKL.

"Kalau pasar-pasar modern diberi izin, maka pasar-pasar tradisional dan PKL juga harus diberi ruang. Karena itu saya bangun untuk mereka beberapa kawasan PKL di Jakarta, sedangkan izin untuk mal sudah cukup," kata Jokowi seolah memberikan laporan kepada sang ketua umum.

Pemimpin tertinggi di Jakarta yang namanya melambung dalam berbagai survei untuk Pilpres 2014 itu pun mengakui bahwa pembangunan kawasan PKL merupakan hasil dari blusukan yang dilakukan selama ini.

"Jadi, blusukan itu bukan pencitraan. Buat apa pencitraan, lha wong saya tidak punya televisi, apa mungkin saya bisa mengatur media massa? Tujuan utama (blusukan) saya adalah mendengar suara dan penderitaan masyarakat yang sebenarnya," paparnya.

Makna "blusukan" di mata Jokowi itulah yang juga melahirkan program Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Jakarta Pintar, setelah dirinya mendengar suara dan penderitaan masyarakat miskin yang sakit dan anak-anak miskin yang tidak sekolah.

"Kartu Jakarta Sehat itu karena blusukan yang saya lakukan menemukan banyak masyarakat yang sakit dan meninggal di rumah, karena tidak mampu membayar biaya berobat atau rumah sakit. Sedangkan Kartu Jakarta Pintar itu karena BOS itu tidak menjangkau kebutuhan seragam, tas, sepatu, dan sebagainya," timpalnya.

Selain itu, blusukan juga bermanfaat untuk mengajak masyarakat mau bermusyawarah dan bergotong royong. "Saya bisa memindahkan masyarakat tanpa penggusuran juga melalui dialog atau musyawarah, lalu perbaikan permukiman masyarakat pinggiran juga dengan gotong royong. Musyawarah dan gotong royong itu budaya kita," ucapnya.

Jadi, makna blusukan di mata Jokowi itu tidak se-politis yang dibayangkan. Hal itu juga sejalan dengan pendapat rekannya sesama kader Megawati yang suka blusukan juga, yakni Tri Rismaharini. "Tugas pemimpin itu melayani rakyat dan bertanggung jawab kepada Tuhan," ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com