Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Perlu Cepat, DPR Harus Temukan Hakim MK yang Tepat

Kompas.com - 18/02/2014, 16:04 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai memiliki tantangan yang berat. Mereka harus mencari dan menyeleksi Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) dalam waktu yang cepat. Namun tak bisa asal cepat, mereka juga harus mencari calon yang tepat untuk menjabat posisi tersebut.

"Ini tantangan untuk DPR. Pertama, mereka harus melakukan proses seleksi (hakim MK) ini dengan cepat," kata Komisioner Komisi Yudisial Ibrahim saat ditemui seusai diskusi bertajuk "Nasib Penegakan Hukum di Tahun Politik" di Jakarta, Selasa (18/2/2014) siang.

Pasalnya, menurut dia, DPR memang terbentur waktu. Per 1 April 2014, Hakim Konstitusi Harjono harus meninggalkan MK karena sudah memasuki masa purnatugas. Sepeninggal mantan Ketuanya Akil Mochtar yang diberhentikan tidak hormat, maka hakim MK hanya akan tersisa tujuh orang.

"Sementara tujuh orang itu kan jumlah minimum hakim membuat putusan. Jadi kalau misalnya salah satu hakim berhalangan untuk hadir, bisa tidak kuorum putusannya," ujar dia.

Belum lagi, lanjut Ibrahim, status dua Hakim MK lainnya, yakni Patrialis Akbar dan Maria Farida Indriarti, sedang diperkarakan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Beberapa waktu lalu, PTUN memutuskan untuk mencabut Keputusan Presiden (Keppres) tentang pengangkatan dua hakim itu. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan untuk banding.

"Jika hasil banding tetap sama, maka MK akan kehilangan hakim lagi," lanjut Ibrahim.

Hal tersebut, menurutnya, juga diperparah dengan kondisi Pemilu 2014 yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Artinya, akan ada banyak kasus sengketa pemilu yang harus disidangkan oleh MK. "Jadi ini benar-benar berkejaran dengan waktu," tegasnya.

Namun tak hanya harus cepat, DPR juga dinilainya harus melakukan seleksi dengan teliti untuk dapat menemukan calon yang tepat. Dengan begitu, kasus yang menimpa Akil tak akan terulang kembali pada hakim konstitusi lainnya.

"DPR harus menemukan hakim yang punya high standar performance, baik secara akademik, skill, dan tidak kalah penting secara etik," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com