Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konvensi Demokrat Tetap Akan Dikooptasi SBY

Kompas.com - 08/07/2013, 16:42 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Demokrat akan memulai fase konvensi penjaringan kandidat capres pada Agustus 2013 hingga menjelang perhelatan pemilihan presiden pada tahun 2014 mendatang. Namun, pelaksanaan konvensi ini tetap dikhawatirkan akan didominasi oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini termasuk terkait penentuan capres yang akan diusung Demokrat.

Demikian disampaikan peneliti dari Pol-Tracking Institute, Arya Budi, saat dihubungi Senin (8/7/2013). Arya menjelaskan bahwa konvensi yang digagas Demokrat sebenarnya bisa mengubah skema sirkulasi kepemimpinan nasional yang selama ini selalu ditunjuk oleh partai. Pelibatan publik dalam menentukan capres yang akan diusung merupakan budaya baru dalam partai politik.

"Namun, lepas dari konvensi sebagai ide itu, konvensi Partai Demokrat digagas hanya oleh dua alasan jangka pendek, yaitu mengisi kandidat dari Partai Demokrat yang kosong pada 2014 setelah SBY. Artinya, konvensi PD berpotensi tetap menggunakan mekanisme 'restu' SBY, baik secara formal atau informal," ujar Arya.

Arya memperkirakan, konvensi Partai Demokrat sangat sarat intervensi dari SBY. Pasalnya, di dalam siaran pers yang disampaikan SBY tadi malam, dia sama sekali tidak merinci tentang mekanisme, kriteria, dan hal-hal lain yang signifikan.

"Jika dalam statement tersebut tidak ada soal mekanisme, komite, dan kualifikasi, konvensi tetap berpotensi ada dalam kooptasi SBY," ucap Arya. Dengan adanya kooptasi SBY itu, kata Arya, friksi di internal Demokrat relatif lebih bisa diredam. Pasalnya, siapa pun yang terpilih sudah dipastikan mendapat restu dari SBY.

"Gesekan ada, tapi akan minimum karena semua proses politik di internal Partai Demokrat, apalagi jabatan strategis, pasti ada SBY sebagai sumber legitimasi karena jabatan strukuralnya mauapun kulturalnya yang sangat kuat," imbuh Arya.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menampik tudingan adanya intervensi SBY dalam proses konvensi ini. Max mengatakan, komite seleksi akan bekerja secara independen dan melaporkan hasilnya kepada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY. Tetapi, lanjutnya, SBY tidak menentukan capres yang akan diusung partainya.

"Mekanisme tetap dari survei. Tidak mungkin juga kalau survei dilihat tertinggi si A, kemudian diubah ke B, kan akan terlihat di publik, jadi semuanya ditentukan oleh masyarakat," kata Max.

Netralitas komite seleksi, sebut Max, juga ditunjukkan dengan memasukkan unsur profesional ke dalam tim. "Jadi, semuanya tidak bisa dibohongi karena ada tiga lembaga survei dan media massa," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

    Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

    Nasional
    Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

    Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

    Nasional
    Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

    Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

    Nasional
    Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

    Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

    Nasional
    Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

    Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

    Nasional
    Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

    Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

    Nasional
    Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

    Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

    Nasional
    Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

    Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

    Nasional
    Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

    Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

    Nasional
    KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

    KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

    Nasional
    PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

    PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

    Nasional
    PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

    PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

    Nasional
    KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

    KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

    Nasional
    MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

    MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

    Nasional
    Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

    Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com