Praktik inilah yang berulang dari satu siklus pemilihan ke siklus pemilihan berikutnya, menciptakan efek domino dan lingkaran setan di mana korupsi dan ketidakadilan terus direproduksi.
Struktur kekuasaan, ketergantungan ekonomi, dan kurangnya akuntabilitas menciptakan lingkungan yang subur bagi praktik korupsi dan politik uang.
Untuk memutus siklus ini, diperlukan reformasi menyeluruh dalam sistem politik, peningkatan pendidikan politik, penegakan hukum yang lebih kuat, serta upaya untuk mengurangi ketergantungan ekonomi masyarakat pada politisi.
Antonio Gramsci memperkenalkan konsep hegemoni, di mana kelas penguasa memanipulasi budaya dan ideologi untuk mempertahankan kekuasaan mereka.
Di Indonesia, hegemoni ini diwujudkan melalui politik uang, di mana para elite menggunakan sumber daya finansial mereka untuk memengaruhi hasil pemilihan dan memastikan dominasi mereka tetap terjaga.
Ini menciptakan ilusi demokrasi, padahal yang terjadi adalah oligarki terselubung di mana kekuasaan hanya berotasi di kalangan elite tertentu.
Setelah pilkada usai, biasanya muncul kesadaran susulan masyarakat bahwa hidup dan daerahnya tidak banyak berubah. Jalan-jalan tetap berlubang, pelayanan publik tetap buruk, dan korupsi merajalela.
Kepala daerah yang dipilih hanya muncul insidental ataupun muncul karena adanya undangan ikatan jasa dari internal penyokongnya.
Untuk memutus siklus politik uang dan mengakhiri dominasi modal dalam Pilkada, diperlukan upaya bersama yang melibatkan semua elemen masyarakat.
Reformasi sistem politik, pendidikan politik yang intensif, dan penegakan hukum yang tidak pandang orang harus menjadi prioritas utama.
Masyarakat juga harus diberdayakan secara ekonomi agar tidak lagi menjadi sasaran empuk. Tanpa upaya yang holistik dan berkelanjutan, demokrasi akan terus terperangkap dalam ilusi dan janji kosong.
Pada akhirnya, politik yang muncul di pilkada nanti mungkin bukan hanya tentang kekuasaan dan uang saja, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa tertawa di tengah kesulitan.
Mungkin itulah seni politik Indonesia yang sesungguhnya: kemampuan untuk menemukan humor di setiap sudut tragedi politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.