Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drone : "Game Changer" Kekuatan Udara TNI AU

Kompas.com - 30/05/2024, 06:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Soleimani diketahui tewas di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak pada 3 Januari 2020 atas serangan pesawat nirawak AS yang dilakukan atas permintaan Presiden AS saat itu, Donald Trump.

Jokowi menyebut, drone itu melakukan serangan yang sangat akurat dalam memburu target karena telah dilengkapi teknologi face recognition dengan tingkat akurasi tinggi.

Kepala Negara pun ingin agar TNI dapat beradaptasi dengan kemampuan teknologi yang ada saat ini, sehingga dapat lebih efektif di dalam menjalankan tugas-tugasnya.

"Ini adalah hal-hal yang harus kita ikuti, kita amati, bagaimana perkembangan teknologi itu bisa merubah dari perang konvensional atau perang-perang yang bisa dikendalikan dari jarak jauh," ucap Jokowi saat Rapim TNI-Polri di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, pada 28 Februari 2024.

Bagaimana dengan Indonesia?

Mantan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal (Purn) Fadjar Prasetyo mengungkapkan bahwa TNI AU telah mempelajari dan mengoperasikan UAV atau drone sejak 2015.

Bahkan, ia menyebut, pasukan drone TNI AU juga sudah ikut bergabung di dalam sejumlah operasi gabungan yang dilakukan TNI-Polri di sejumlah wilayah Indonesia.

"Ke depan TNI akan terus dilengkapi dengan UAV dan UCAV (unmanned combat aerial vehicle/pesawat tempur tanpa awak) yang lebih modern," ungkap Fadjar saat membuka Rapat Pimpinan TNI AU Tahun 2024 di Gedung Puri Ardhya Garini, Jakarta, pada 29 Februari 2024 lalu, seperti dikutip dari Antara.

Sejauh ini, TNI Angkatan Udara telah memiliki dua skadron yang mengoperasikan UAV atau drone, yaitu Skadron Udara 51 yang bermarkas di Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat dan Skadron Udara 52 yang berbasis di Lanud Raden Sadjad, Kepulauan Natuna.

Skadron Udara 52 merupakan markas bagi CH-4 Rainbow, sebuah UAV yang dikembangkan China Academy of Aerospace Aerodynamic. Pesawat ini memiliki daya tahan terbang hingga 40 jam dan daya tempuh mencapai 5.000 kilometer.

Pesawat ini juga dibekali kemampuan untuk dapat memuat muatan seberat 345 kilogram hingga sistem persenjataan berupa drop bomb atau guided drop bomb. Serta terintegrasi dengan satelit BLOS (Beyond Line of Sight).

Drone tipe MALE ini pernah ikut dalam latihan gabungan (latgab) TNI bersandi "Dharma Yuda 2019" di Pusat Latihan Tempur Marinir Asembagus, Situbondo, Jawa Timur.

Menariknya, selama mengikuti pelatihan tersebut, drone ini dikendalikan dari jarak jauh yaitu dari Surabaya, menurut Panglima TNI saat itu, Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto.

Baca juga: Pesan KSAU ke Dankodiklatau: Siapkan Personel untuk Alutsista Baru dan Sistem Pendidikan Drone Tempur

MALE drone ini rupanya berhasil melakukan misi menembak dan mengebom dari jarak 15.000 kaki dengan hasil yang sangat presisi.

Hadi menyebut, CH-4 masuk dalam pengadaan alutsista pada rencana strategis (renstra) TNI Tahap II tahun 2019. Rencananya, TNI akan mendatangkan enam pesawat serupa untuk menambah kekuata pada dua skadronnya.

Sementara itu, Skadron Udara 51 juga berhasil pada saat ikut ambil bagian dalam operasi gabungan TNI-Polri.

Misalnya, pada saat memburu kelompok teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, TNI AU ikut serta dalam Operasi Tinombala.

Drone yang digunakan Skadron Udara 51 difungsikan untuk melakukan pengamatan berbagai area pegunungan, hingga berhasil mengidentifikasi pergerakan kelompok tersebut.

Baca juga: Panglima TNI Sebut Patroli Situasi Papua Juga Menggunakan Drone

Hasil pemantauan itu kemudian dilaporkan sebagai informasi intelijen yang menjadi panduan bagi pasukan di darat untuk melaksanakan misi melumpuhkan kelompok ini.

TNI AU sendiri rencananya akan menambah dua skadron baru untuk mempertebal kekuatan pasukan dronenya, yaitu Skadron Udara 53 di Tarakan, Kalimantan Utara dan Skadron Udara 54 di Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma (Purn) R Agung Sasongkojati mengatakan, dua skadron ini nantinya akan menjadi home base bagi ANKA, pesawat MALE drone buatan Turkish Aerospace Industries (TAI).

ANKA diketahui memiliki kemampuan terbang selama 33 jam dengan berat 1.700 kilogram dan dapat terbang dengan kecepatan 88 knot.

MALE drone ini dapat menjalankan berbagai fungsi sebagai drone tempur, seperti observasi (intelligence, surveillance, dan reconnaissance/ISR), deteksi dan identifikasi target, signal intelligence dan electronic warfare.

Selain itu, ANKA juga memiliki kemampuan untuk close air support mission, mengawasi wilayah maritim dan perbatasan, communication relay, air-to-ground strike, serta dilengkapi beberapa jenis senjata.

Mengutip Instagram @kemhanri, konfigrasi perangkat dan senjata yang bisa disematkan meliputi EO/IR SATCOM+Radio Relay, EO/IR+SATCOM + Laser Guided Smart Bombs and Missiles, EO/IR+SATCOM+SAR/ISAR/GMTI+AIS dan EO/IR+COMINT/DF+ESM/ELINT.

Rencananya, Indonesia akan mendatangkan 12 unit ANKA dari Turki. Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha menyebut, kontrak pembelian selusin MALE drone itu mencapai 300 juta dolar AS atau setara Rp 4,5 triliun.

Baca juga: Spesifikasi Drone ANKA Buatan Turkiye yang Akan Dioperasikan TNI AU

Pembelian tersebut disertai dengan beberapa program pelatihan, alih teknologi,dan dukungan untuk integrated logistic support (ILS), ground support and test equipment (GS&TE), flight simulator, infrastruktur hangar, dan masa garansi selama 24 bulan/600 jam terbang.

Adapun dari 12 unit pesawat yang dibeli, enam di antaranya akan dirakit di Indonesia bersama PT Dirgantara Indonesia melalui proses transfer teknologi itu.

Mewujudkan pasukan drone TNI AU yang profesional

Adaptasi terhadap teknologi kedirgantaraan modern perlu dilakukan TNI AU untuk menangkal setiap potensi ancaman yang akan dihadapi pada masa yang akan datang.

Rencana penambahan drone, menurut KSAU Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono, bakal memperkuat armada pertahanan udara yang saat ini telah dimiliki TNI AU.

Selain CH-4 Rainbow dan ANKA, menurut Tonny, Indonesia berencana mendatangkan drone Bayraktar.

Bayraktar merupakan MALE drone besutan Baykar Turki, yang juga digunakan militer Ukraina saat menghadapi perang melawan Rusia.

Marsekal Madya TNI Mohamad Tonny Harjono bersiap dilantik menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (5/4/2024). Presiden Joko Widodo melantik Mohamad Tonny Harjono menjadi KSAU menggantikan Marsekal Fadjar Prasetyo yang akan memasuki masa pensiun. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A Marsekal Madya TNI Mohamad Tonny Harjono bersiap dilantik menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (5/4/2024). Presiden Joko Widodo melantik Mohamad Tonny Harjono menjadi KSAU menggantikan Marsekal Fadjar Prasetyo yang akan memasuki masa pensiun. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

"Mohon doa restunya, Angkatan Udara menjadi Angkatan Udara yang adaptif mengikuti perkembangan teknologi dan perkembangan situasi nasional, regional, maupun global," kata Tonny usai acara HUT ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Yogyakarta, seperti dilansir dari Antara.

Penerbang pesawat F-16 Fighting Falcon yang pernah terlibat dalam peristiwa Bawean ini menambahkan, ketiga jenis pesawat tanpa awak ini berteknologi satelit. Sehingga, diharapkan mampu mendukung pertempuran beyond visual range (BVR) atau pertempuran udara Jarak jauh.

"Kita bisa menerbangkan dari luar area yang ingin kita pantau misalnya di Papua atau di daerah mana, kita bisa menerbangkan dari luar Papua," ungkap penerbang tempur dengan callsign "Racoon" ini.

Baca juga: TNI AL Bahas Rencana Penambahan Kapal Perang, Kendaraan Tempur Marinir, dan Drone

Dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Agung mengungkapkan, teknologi pesawat drone dalam lima tahun terakhir, seperti yang digunakan dalam perang Rusia-Ukraina maupun serangan balasan Iran terhadap Israel, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek teknologi.

Jika sebelumnya, sistem pengendalian drone sangat mahal, saat ini banyak sistem kendali yang digunakan untuk drone dengan harga yang lebih murah, sudah bisa digunakan untuk drone dengan spesifikasi militer.

"Maka tadinya yang autopilot, untuk survei, untuk terbang sejam-dua jam, sekarang bisa digunakan untuk menerbangkan drone 5 jam, 6 jam, membawa bahan peledak, melintasi negara, melintasi gunung, bahkan juga bisa disetel untuk following terrain, terbang rendah sesuai dengan mengikuti kontur, sehingga bisa menyerang dari Jarak jauh dan bisa bebas melewati tangkapan radar," ungkap Agung di program BRIGADE Podcast yang tayang di kanal YouTube Kompas.com, Rabu (29/5/2024).

Mantan pilot F-5 Tiger dengan callsign "Sharky" ini menambahkan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan besar ini akan diuntungkan bila memperkuat armada drone untuk pengawasan.

Ia menjelaskan, sebagai negara dengan luas mencapai 1.904.569 kilometer persegi, tantangan yang dihadapi Indonesia pada saat ini adalah pada aspek pengawasan.

Banyak kasus kejahatan yang terjadi di wilayah perbatasan yang tak terpantau langsung, meskipun upaya pengawasan telah dilakukan selama 24 jam baik menggunakan radar maupun pesawat pengintai.

Adapun kasus kejahatan itu, misalnya, illegal fishing, illegal mining, hingga penyelundupan barang secara illegal, baik itu narkoba maupun barang lain yang memiliki nilai ekonomis tetapi telah diproduksi di dalam negeri. Sehingga, hal tersebut berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

"Kita perlu pengawasan 24 jam. Udara bisa diawasi lewat radar kalau ada pesawat masuk. Laut juga ada radar. Namun tetap (pengawasan lewat radar) itu terbatas karena pengoperasinya adalah manusia," ucapnya.

Dengan drone, upaya pengawasan dapat dilakukan lebih maksimal. Sebab, selain dikendalikan secara manual oleh pilot, drone juga bisa dikendalikan secara otonom dengan bantuan AI.

Namun, AI yang bekerja di sini tetap berada di bawah kendali penuh pilot yang mengoperasikan drone tersebut dari ruang kendali. Hal ini penting untuk meminimalisir terjadinya kesalahan ketika AI mulai menganalisis potensi ancaman yang didapati pada saat melakukan pengawasan pada target yang ditentukan.

"Dengan AI dia sudah bisa mewakili manusia untuk menentukan sampai seberapa jauh, dia ini sudah melanggar, mengganggu, mengusik, sehingga mereka bisa melakukan tindakan lain, yang baru setelah itu bertanya kepada manusia, saya ngapain nih," ujarnya.

"Tapi sebelum itu dia sudah bisa dengan gerak-geriknya, dengan waktu jalannya, kecepatannya, gerak-gerik orang di dalam itu dia sudah mengetahui bahwa ini mencurigakan. setelah itu diverifikasi ini mencurigakannya beralasan tidak, tanya, nah baru itu manusia berperan," imbuh dia.

Baca juga: Latihan Operasi Laut, Pusat Penerbangan TNI AL Keluarkan 2 Drone Scan Eagle

Kelebihan lain di dalam penggunaan drone, menurut Sharky, tidak membutuhkan landasan panjang untuk take off. Kondisi ini menguntungkan apabila sewaktu-waktu dideteksi adanya ancaman langsung, drone bisa berperan terlebih dulu untuk melakukan pengintaian, pencegatan, bahkan perlawanan, sebelum pesawat tempur berawak menuju lokasi target.

"Kalau ternyata dia dianggap sangat berbahaya lalu merupakan direct threat atau ancaman langsung, contohnya pesawat tanpa awak dengan kecepatan sekian lurus menuju ibu kota, wah ngapain nih, nah itu kita bisa langsung melakukan tindakan. Tindakan-Tindakan sesuai dengan prosedur akan dilakukan, dan itu drone akan lebih cepat," kata dia.

"Bahkan mungkin, sebelum manusianya take off, drone ini bisa di-take off-kan lebih dulu untuk menyanggong (mengecek). Karena dia (drone) kan (bisa) tiap saat (terbang). Enggak perlu orang bangung, lari, pasang ini (jaket pilot). (Drone itu) langsung deg nyala mesin, GPS-nya on, lalu dia sistemnya disiapkan dia bisa airbone dulu," imbuhnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Nasional
Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com