JAKARTA, KOMPAS.com - Korps Marinir TNI AL mengungkap alasan mereka awalnya menyebut Lettu Laut Eko Damara (30) meninggal dunia karena malaria.
Namun, yang sebenarnya, Lettu Laut Eko tidak menderita penyakit tersebut.
Lettu Laut Eko merupakan personel kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir yang tewas di daerah operasi karena bunuh diri.
“Kalau malaria itu sebetulnya upaya kami untuk menjaga nama baik keluarga. Jadi kejadian yang sesungguhnya kan bukan malaria,” kata Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Endi Supardi dalam konferensi pers di Markas Korps Marinir, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).
Baca juga: Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi
Endi mengaku sayang keluarga dari Eko, dan ingin menjaga marwah keluarganya.
“Cuman saya sayang dengan keluarga, saya menjaga nama baik keluarga, saya menjaga nama baik almarhum, marwah almarhum di mata tetangga dan saudara-saudara,” kata Endi.
Endi menyebutkan bahwa Eko bunuh diri karena depresi. Eko meninggalkan utang sekitar Rp 819 juta sebelum bunuh diri, Rp 177 juta rupiah di antaranya utang di daerah operasi.
“Lebih malu mana meninggal karena malaria dengan meninggal bunuh diri karena judi online? Lebih terhormat mana? Malaria kan. Maka saya ‘buat’ beritanya malaria,” ujar Dankormar.
Dankormar tidak bisa memastikan peruntukkan uang-uang tersebut. Namun, terindikasi bahwa Eko terlilit judi online. Itu terlihat dari hasil digital forensik ponsel milik Eko.
Baca juga: Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta
Dankormar mengatakan bahwa Lettu Laut Eko tewas di daerah operasi karena bunuh diri. Peristiwa terjadi pada Sabtu (27/4/2024).
Saat itu, Lettu Laut Eko mendatangi ruang kesehatan di pos taktis Satgas Pamtas di Distrik Dekai, Yakuhimo, Papua Pegunungan.
“Lettu Laut Eko datang ke ruangan kesehatan, dan memerintahkan Prada (Mar) Hasan dan Pratu (Mar) Agus yang ada di tempat tersebut untuk keluar ruangan kesehatan. Jadi di dalam tuh sudah ada orang,” kata Endi dalam konferensi pers.
Saat itu, Eko berdalih bahwa ia akan membersihkan ruangan kesehatan tersebut.
Terdapat satu prajurit, Prada (Mar) Danu, yang hendak memasuki ruangan kesehatan. Namun, pintu dalam keadaan terkunci.
Baca juga: Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya
Kemudian, pada pukul 13.07 Wit, terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan.
Semenit berselang, salah satu prajurit mencoba melihat dari jendela.
“Kemudian melihat Lettu Laut Eko sudah dalam keadaan bersimbah darah dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan,” ujar Endi.
Didapati senapan serbu SS-2 V1 produksi PT Pindad tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan Eko.
Para prajurit pun mendobrak pintu dan segera membawa Eko ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dekai.
“Lettu Eko yang saat itu masih dalam keadaan hidup atau benyawa. Jadi saat itu masih hidup,” ujar Dankormar.
Kemudian, pada pukul 13.15, Lettu Laut Eko tiba di RSUD Dekai dan langsung mendapatkan penanganan medis oleh dokter jaga.
Pada pukul 14.00, dokter jaga RSUD Dekai menyampaikan bahwa nyawa Lettu Laut Eko tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Hasil penyelidikan dari Marinir TNI AL, Eko tewas setelah melepaskan tembakan dari kepala sebelah kanan tembus kepala kiri atas.
Endi menyebutkan, senapan yang dipakai untuk bunuh diri sudah berada di ruangan kesehatan sebelumnya.
“Senjata sudah ada di dalam ruangan. Dokter tidak dibekali dengan pistol. Dokter hanya membawa senapan. ‘Kenapa kok kalau bunuh diri pakai senapan? Kok enggak pakai pistol saja gampang?’ Beliau tidak memegang pistol,” tutur Endi.
Baca juga: Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...
Sebelumnya, keluarga Eko menaruh kecurigaan atas tewasnya Eko lantaran terdapat dugaan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko.
"Kami diberitahu kalau Lettu Eko meninggal karena bunuh diri. Kami merasa hal ini sangat janggal karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa autopsi atau penyelidikan hukum," kata kakak kandung Eko, Dedi Pranajaya (39) di Medan, Sumatera Utara, Rabu (15/5/2024), dikutip dari Kompas.id.
Eko seharusnya sudah kembali ke satuan asalnya. Namun, pada 27 April 2024, keluarga menerima kabar tak enak yang menyebut Eko meninggal karena bunuh diri.
Selanjutnya, pihak keluarga menerima jenazah Eko di Medan pada 29 April 2024.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.