Anton menegaskan, pergantian pucuk pimpinan organisasi akan dapat mempengaruhi jalannya regenerasi di tubuh TNI AU.
Jika KSAU terpilih mempunyai masa pensiun terlampau cepat, misalnya kurang dari enam bulan, jabatan KSAU akan dianggap sebagai tempat transit semata. Mengingat sosok tersebut belum secara efektif menjalankan tugas.
"Akan tetapi, jika usia pensiun terlampau panjang maka tentu dapat berpotensi mengganggu berjalannya proses regenerasi TNI AU," tegasnya.
Anton mengatakan bahwa tantangan utama KSAU berikutnya adalah bagaimana meningkatkan readiness atau kesiapan TNI Angkatan Udara secara signifikan.
Di tengah dinamika geopolitik regional dan global yang tidak menentu saat ini, kesiapan TNI AU yang prima menjadi salah satu kunci utamanya.
Ketika TNI Angkatan Udara dalam beberapa tahun ke depan akan kedatangan sejumlah pesawat tempur, perangkat sistem pendukung juga harus disiapkan.
Oleh karena itu, perencanaan pengembangunan kekuatan pertahanan udara menjadi krusial.
Apalagi, Anton menambahkan, saat ini pembahasan Rencana Strategis Pembangunan Kekuatan TNI Angkatan Udara 2025-2029 juga masih berlangsung.
Kondisi ini dinilai membutuhkan sosok KSAU yang memiliki kadar kepemimpinan, pengalaman dan pengetahuan kuat.
"Dalam konteks ini, kecermatan dan kebijaksanaan Presiden Joko Widodo dalam menetapkan siapa sosok KSAU mendatang menjadi sangat penting untuk dikedepankan," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.