Dalam beberapa kasus, koalisi politik yang terbentuk di antara partai-partai oposisi, atau yang mengusung agenda demokratis, mampu menggulingkan rezim otoriter dan memulai transisi menuju demokrasi. Contohnya adalah Revolusi Oranye di Ukraina pada 2004.
Dengan demikian, koalisi partai politik dapat menjadi instrumen kekuasaan bagi diktator di Indonesia dan di dunia, mereka juga memiliki potensi sebagai alat untuk mengakhiri otoritarianisme dan memperjuangkan demokrasi.
Dalam konteks politik Indonesia yang kompleks, pertanyaan tentang pembentukan koalisi politik menjadi semakin penting dalam upaya menjaga kesehatan demokrasi.
Di tengah dinamika konstelasi politik yang berubah-ubah, terdapat dua pendekatan yang perlu dipertimbangkan: pembentukan koalisi besar yang melibatkan berbagai partai politik, atau pembentukan koalisi yang lebih terfokus dan logis.
Dari perspektif konstelasi politik di Indonesia, di mana Indonesia sebagai negara demokratis yang pluralistik, maka Indonesia memiliki spektrum politik yang beragam dengan partai-partai politik yang mewakili berbagai kepentingan dan pandangan.
Dalam situasi ini, pembentukan koalisi besar seringkali dianggap sebagai upaya untuk mencerminkan keberagaman politik. Namun, dalam konteks demokrasi di Indonesia, ada tantangan terkait pembentukan koalisi besar yang patut dipertimbangkan.
Salah satunya adalah risiko pembentukan koalisi yang terlalu luas dan heterogen, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan kesulitan dalam pembuatan keputusan efektif.
Selain itu, koalisi besar juga rentan terhadap konflik internal dan perpecahan, yang dapat mengancam kesehatan demokrasi secara keseluruhan.
Di sisi lain, pembentukan koalisi yang lebih terfokus dan logis juga dapat menjadi alternatif menarik. Koalisi logis bertujuan menggabungkan partai-partai politik yang memiliki visi dan agenda politik serupa, atau saling melengkapi.
Dalam situasi demikian, fokus utamanya adalah pada kesamaan tujuan politik yang diinginkan, sehingga memungkinkan terciptanya konsistensi dalam pembuatan keputusan politik.
Sehingga pembentukan koalisi logis dapat memiliki potensi untuk meningkatkan stabilitas politik di Indonesia.
Dengan memiliki visi dan agenda politik yang serupa, koalisi logis dapat bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efisien.
Ini dapat menghasilkan pemerintahan stabil dan kohesif, yang pada gilirannya mendukung kesehatan demokrasi dengan memastikan kontinuitas dalam pembuatan keputusan politik.
Kendati begitu, ada pula kekhawatiran terkait pembentukan koalisi logis yang terlalu sempit dan eksklusif.
Koalisi logis yang terlalu fokus pada satu pandangan politik tertentu, dapat mengabaikan kepentingan dan pandangan politik yang berbeda dalam masyarakat, sehingga mengurangi pluralitas dan representasi dalam proses politik.
Dengan demikian, dalam mempertimbangkan apakah sebaiknya koalisi besar atau koalisi logis yang dibentuk demi kesehatan demokrasi di Indonesia, penting untuk memperhitungkan konteks politik dan tujuan yang diinginkan.
Sementara koalisi besar dapat mencerminkan keberagaman politik yang ada, koalisi logis dapat menghasilkan stabilitas politik yang lebih besar.
Dalam praktiknya, pendekatan yang ideal mungkin adalah menggabungkan elemen-elemen dari kedua pendekatan tersebut, dengan mempertahankan kesamaan tujuan politik yang kuat sambil tetap mengakomodasi keberagaman pandangan politik dalam masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.