Safari Ramadhan itu merupakan format pendekatan pemerintah secara top down terhadap warga. Format komunikasi satu arah ini bisa ditemui dalam bentuk lain seperti kelompencapir (kelompok pendengar (radio), pembaca (koran), dan pemirsa/TV).
Dalam kasus kelompencapir, meskipun terjadi dialog, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para petani sudah disiapkan oleh aparatus negara tertentu yang mengusai bidang dan isu yang dibahas oleh presiden atau menteri terkait. Karena dianggap penting, acara demikian disiarkan langsung maupun tunda oleh TVRI.
Berbeda halnya dalam Safari Ramadhan, pola komunikasi sepenuhnya satu arah. Jamaah Tarawih hanya mendengarkan pidato pejabat pemerintah.
Aktor terkenal yang menghidupkan Safari Ramadhan dan kelompencapir selain Presiden Soeharto adalah “tangan kanan presiden”, dalam hal ini Menteri Penerangan 1983-1997 Harmoko. Diksi yang digunakan Harmoko untuk menyebut forum itu adalah ‘sambung rasa’.
Ketua Umum Golkar (1993–1998) itu, berkeliling daerah selama 10 sampai 14 hari setiap Ramadhan.
Sebagai pejabat negara, kegiatan ini disejajarkan sebagai kunjungan kerja. Tujuannya, pemerintah menggunakan momentum Tarawih untuk sosialisasi kebijakan dan berbagai program.
Produknya bukan soal bagaimana pemerintah peduli, simpatik, dekat dengan Islam, sebaliknya yang terjadi adalah pemerintah mengendalikan umat Islam.
Maka produknya dalam buku dengan tajuk “Kunjungan Kerja Menteri Penerangan RI Safari Ramadhan dan Safari Ramadhan Menteri Penerangan”. Acara ini menjadi embrio kegiatan sejenis pada masa Orde Baru maupun Orde Refomasi dan selanjutnya.
Lokasi Safari Ramadhan tidak selalu di masjid. Pondok pesantren menjadi alternatif Safari Ramadhan karena kiai-kiai dan santri-santri menjadi objek yang oleh pemerintah dianggap perlu dikendalikan atau dibina agar mereka selalu melegitimasi kekuasaan pemerintah.
Pesan Harmoko yang popular dalam Safari Ramadan, seperti "Semangat Ramadhan ternyata sejalan dengan semangat efisien yang sedang digalakan pemerintah: prihatin, sederhana, hemat dan tepat guna." (baca www.kompas.com, 21-5-2021)
Kegiatan sejenis oleh pihak non-pemerintah dilakukan oleh almarhum KH Zainuddin MZ. “Kiai Sejuta Umat” itu menjalankan format Safari Ramadhan bisa sendiri maupun kolaborasi dengan Rhoma Irama dan Soneta.
Ikut di dalamnya sebagai sponsor televisi swasta, Indosiar. Televisi swasta yang beroperasi sejak 11 Januari 1995, memerlukan peningkatan rating pemirsa.
Di antara strategi mencapai rating tinggi, produser mengadakan acara Tabligh Akbar Ramadhan maupun Nada dan Dakwah.
Tabligh akbar bisa menampilkan KH Zainuddin MZ saja, bisa juga kolaborasi Zainuddin MZ, Rhoma Irama, dan Soneta, maupun artis-artis ibu kota lainnya.
Apabila Safari Ramadhan Harmoko fokus sosialisasi kebijakan dan program kerja pemerintah, maka konten dalam safari Zainuddin MZ adalah persoalan agama, dalam konteks mengajarkan nilai-nilai agama kepada audien maupun melegitimasi sekaligus kritik kebijakan pemerintah.