Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSI Pertanyakan Sikap Parpol yang Tolak Turunkan Ambang Batas Parlemen

Kompas.com - 07/03/2024, 17:04 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mempertanyakan sikap sejumlah partai politik (parpol) parlemen yang tak setuju jika ambang batas parlemen atau parlementiary threshold diturunkan dari 4 persen.

Ia menyatakan, semestinya parpol mengutamakan kepentingan rakyat dalam mempertimbangkan angka ambang batas parlemen agar suara konstituen tidak terbuang.

“Ini sebenarnya kepentingan siapa? Kepentingan masyarakat atau kepentingan partai nih?” ujar Grace di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Menurutnya, parpol harusnya tak membuang suara masyarakat dengan sia-sia, jika parpol tempat calon legislatif (caleg) dipilih, tidak lolos ke parlemen.

Baca juga: Klaim Suaranya Juga Sempat Hilang di Sirekap, PSI: Tapi Kami Tidak Teriak-teriak

Maka, dalam perbincangan soal ambang batas parlemen, bisa dilihat di mana letak keberpihakan sejumlah parpol di Senayan.

“Kalau kepentingan partai kan ya suka-sukanya mereka kan, tergantung dari kepentingan partai. Tapi, kalau untuk kepentingan masyarakat harusnya semua aspirasi masyarakat itu ya tidak terbuang,” sebutnya.

Terakhir, Grace mengingatkan, terbuangnya suara masyarakat dapat menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Bahkan, ia menganggap ketidakpuasan publik akibat tak punya wakil di parlemen bisa memicu tindakan anarkis.

Pasalnya, negara mestinya menjamin hak masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya. Bagi Grace, hal itu juga ditunjukan dengan adanya anggota dewan yang dipilih masyarakat yang duduk di parlemen.

Baca juga: Tolak Pengadaan 2 Pin Emas Anggota Baru DPRD DKI, PSI: Akan Kami Kembalikan

“Itu juga sejalan dengan Undang-Undang Dasar, semangat konsitusi bahwa ada kemerdekaan untuk berserikat dan berkumpul, berorganisasi,” tuturnya.

“Jangan sampai, orang kalau tidak punya penyaluran yang konstitusional akhirnya malah melakukan perbuatan yang anarkis,” imbuh dia.

Diketahui Mahkamah Konstitusi (MK) meminta ambang batas parlemen diturunkan dari angka 4 persen. Keputusan itu mesti dijalankan sebelum Pemilu 2029 berlangsung.

Namun, sejumlah parpol penghuni parlemen nampak tak sepakat dengan keputusan itu. Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto malah ingin meningkatkan jumlah ambang batas untuk menyederhanakan parpol.

Baginya, saat ini parpol di Indonesia terlalu banyak padahal secara ideologi tidak memiliki perbedaan yang cukup terlihat.

Baca juga: PSI Butuh Lebih dari Sekadar Jokowi untuk Lolos ke DPR RI

Tak hanya itu, dikutip dari Kompas.id, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung menyebutkan selama ini diskursus yang tersebar di Komisi II DPR RI justru meningkatkan jumlah ambang batas menjadi 5 persen.

Tapi, ia mengaku bahwa usulan angka tersebut tidak didapatkan secara metodologis. Angka itu muncul sebagai usulan karena didasarkan pada prinsip nilai tengah dari masukan berbagai parpol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com