“Namun, dilaksanakan secara bertahap, dan dengan skala prioritas. Jadi tidak langsung 82,9 juta anak langsung mendapatkan program ini pada tahun 2025. Daerah yang paling memungkinkan dan membutuhkan akan diprioritaskan terlebih dahulu pada tahun pertama,” kata Budisatrio.
“Lalu pada tahun-tahun berikutnya, 2026, 2027, dan seterusnya jumlahnya akan terus ditambah. Sehingga mencapai target maksimal 82,9 juta anak akan menerima program makan siang dan susu gratis pada 2029. Nah, pernyataan saya di bagian ini yang dipotong dan dihilangkan,” ucap dia.
Budisatrio juga menjelaskan bahwa pihak TKN sudah memantau misinformasi tersebut pada saat masa tenang.
“Kami menduga ini bagian dari misinformasi yang sengaja disebarkan di masa tenang kampanye lalu. Padahal pernyataan saya yang dipotong tersebut adalah pernyataan di tanggal 4 Desember. Lalu dimunculkan kembali tanggal 13 Februari, lebih dari dua bulan kemudian,” kata Budisatrio.
Selain soal waktu pelaksanaan, program makan siang gratis Prabowo-Gibran baru-baru ini juga menuai sorotan karena isu akan memangkas subsidi BBM.
Isu ini muncul usai pernytaaan Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno, dalam wawancara dengan Bloomberg.
Saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (18/2/2024), Eddy pun memberi penjelasan soal pernyataannya yang membuat gaduh itu.
Eddy menegaskan, tak ada pemangkasan subsidi energi, melainkan efisiensi dengan membatasi orang yang bisa menikmati subsidi BBM dan elpiji 3 kilogram.
Dengan efisiensi ini, Prabowo-Gibran hendak memastikan bahwa penerima subsidi BBM dan elpiji 3 kg tepat sasaran, sehingga anggaran untuk mensubsidi energi dengan sendirinya bisa terpangkas dan dialihkan ke program makan siang gratis.
Baca juga: Penjelasan TKN Prabowo soal Subsidi BBM Dipangkas demi Makan Siang Gratis
Eddy mengatakan, subsidi BBM Pertalite dan elipiji 3 kg yang menelan anggaran negara besar-besaran, justru selama ini lebih banyak dinikmati masyarakat mampu.
"Jadi, subsidi energi kita tahun lalu itu Rp 500 triliun. Tahun ini Rp 350 triliun. Porsi terbesar dari subsidi energi itu adalah subsidi untuk pertalite dan elpiji 3 kg. Tetapi, yang menikmati pertalite dan elpiji 3 kg 80 persennya itu masyarakat mampu," kata Eddy dihubungi, Jumat.
Eddy menyebut, yang menikmati subsidi energi selama ini justru orang-orang kaya.
Ia pun menekankan perlu dilakukan efisiensi terkait subsidi energi, agar anggarannya bisa dipangkas dan dialihkan ke program makan siang gratis.
"Kami evaluasi dulu pemberian subsidi energi itu untuk kita bisa lakukan efisiensi. Caranya gimana? Pertama, data penerima subsidi energi itu harus kita sempurnakan. Jadi yang berhak itu siapa? Misalkan saja, kaum miskin. Kedua yayasan, yayasan di bidang kemanusiaan. Ketiga misalnya UMKM. Itu berhak," tutur Sekjen Partai Amanat Nasional itu.
Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui soal Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran
Eddy juga mengatakan, aturan mengenai penerima subsidi energi perlu diperkuat, sehingga tidak sembarang orang bisa membeli pertalite dan elpiji 3 kg.