Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fauzul Azhim
Mahasiswa S2

Mahasiswa S2 Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, Ketua NYC (National Youth Council) Indonesia di Turkiye

Skeptis Gimik Kesedihan Politik

Kompas.com - 06/02/2024, 11:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM panggung politik, seni memengaruhi pemilih merupakan bagian integral dari strategi kandidat. Salah satu taktik yang sering muncul adalah penggunaan gimik kesedihan, terutama dalam debat calon presiden (capres) dan Kampanye Pilpres.

Meskipun terkadang efektif, penting bagi pemilih untuk tetap waspada terhadap upaya ini, menyadari bahwa tujuan utamanya adalah memanipulasi emosi tanpa memberikan informasi substansial terkait kebijakan atau visi politik.

Bahaya gimik kesedihan

Gimik kesedihan politik mencakup berbagai elemen, mulai dari pernyataan pribadi yang dramatis hingga ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kemudian dinarasikan dengan narasi kesedihan.

Dalam debat capres, di mana setiap momen menjadi krusial, kandidat cenderung menggunakan cara ini untuk menyentuh hati dan memenangkan simpati pemilih.

Satu bahaya utama dari gimik kesedihan politik adalah distraksi dari isu-isu substansial. Pemilih perlu mengkaji apakah kandidat hanya mencoba mengalihkan perhatian dari ketidakjelasan rencana kebijakan atau ketidakmampuan untuk memberikan jawaban yang konkret terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis.

Dalam menilai calon presiden, fokus harus tetap pada visi politik, rencana kebijakan, dan kemampuan untuk menjawab tantangan konkret serta bagaimana melihat suatu permasalahan yang kemudian dapat memberikan solusi terbaik dan tepat atas permasalahan yang dihadapi negara.

Seiring dengan itu, penting untuk menyadari bahwa penggunaan gimik kesedihan bisa menjadi strategi licik untuk menciptakan citra tertentu di mata pemilih.

Menampilkan sisi emosional dapat menjadi taktik untuk menggambarkan kandidat sebagai figur yang peduli dan berempati.

Meskipun sisi ini penting, pemilih perlu bersikap skeptis dan bertanya-tanya, apakah kandidat benar-benar memiliki komitmen dan rencana nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi negara.

Penting untuk dicatat bahwa ketika mempertimbangkan gimik kesedihan politik, bukan berarti menutup diri terhadap pengalaman pribadi kandidat. Pemilih harus bisa membedakan antara kejujuran emosional dan manipulasi taktis.

Melakukan riset independen tentang catatan kandidat, kebijakan yang diusulkan, dan rekam jejak kepemimpinan adalah langkah kunci untuk membuat keputusan terinformasi.

Peran media sosial

Media sosial juga memainkan peran besar dalam penyebaran konten gimik kesedihan politik. Klip video atau foto yang menangkap momen-momen emosional kandidat dapat dengan cepat menjadi viral dan memengaruhi opini publik.

Namun, pemilih harus berhati-hati dalam menyikapi konten yang mungkin hanya berusaha menarik perhatian tanpa memberikan gambaran menyeluruh tentang kualifikasi dan visi kandidat.

Pascadebat calon presiden kedua, banyak dari konten gimik kesedihan calon presiden tertentu muncul di berbagai platform sosial media.

Konten yang tersebar ialah konten salah satu paslon yang mendapatkan serangan betubi-tubi dari paslon lainnya sehingga sulit untuk menjawab secara konkret yang kemudian dibuat framing narasi kesedihan karena mendapat banyak serangan pada debat capres.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com