Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Gemuruh Dunia Kampus

Kompas.com - 05/02/2024, 06:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUNIA perguruan tinggi kini menyedot perhatian. Para guru besar di beberapa universitas berteriak kencang menegur penyelenggara kekuasaan negeri.

Mereka seolah serentak keluar kandang dan mengaum sejadi-jadinya. Mereka menghardik kekuasaan agar tidak semena-mena. Tidak memereteli demokrasi.

Di saat bersamaan, muncul gerakan tandingan. Sejumlah profesor dan dosen yang juga mengatasanamakan perguruan tinggi yang mereka wakili, juga mengaum, hendak memojokkan kelompok guru besar yang pertama.

Kelompok tandingan ini menuding kelompok pertama, sebagai kelompok yang melakukan gerakan politik praktis.

Singkatnya, kelompok tandingan, seolah tak ikhlas mendengar dan menyaksikan auman kelompok pertama yang bersuara kencang mengingatkan laku penguasa yang miskin akhlak dan moral.

Para guru besar dan dosen yang bersuara dan bersikap sangat kritis itu, saya percaya, tidak dimotivasi oleh godaan politik praktis.

Mereka adalah makhluk yang memang selalu gelisah dengan aktivitas defisit perangai baik dan kegiatan yang tekor dalam tatanan moral.

Mereka, secara alamiah, terbangun secara otomatis karena radar dan intuisi mereka sangat sensitif dengan segala laku tidak berahlak dan bermoral.

Selama ini, mereka adem-adem saja pada pemerintahan Jokowi yang telah berlangsung selama 9 tahun. Malah, banyak di antara mereka, sangat mendukung Jokowi sebelumnya. Kini, mereka balik badan, berlaku sangat kritis terhadap Jokowi.

Para profesor dan dosen itu, ibarat kaum rezi, bersenyap di pertapaannya. Namun, begitu ada sesuatu yang terjadi dalam masyarakat, terutama tatkala rakyat didera oleh derita berkepanjangan akibat ulah penguasa, para rezi turun dari pertapaan. Mereka langsung menghardik, berikhtiar meringankan beban derita rakyat.

Setelah segalanya aman dan rakyat bebas dari lilitan nestapa, mereka kembali ke pertapaan, melakukan kontemplasi lagi.

Begitulah siklus kehidupan mereka. Tidak ada keinginan untuk mengambil alih kekuasaan, tetapi punya hasrat keras menghardik kekuasaan dan menegur penguasa.

Beginilah metafora yang pas untuk memotret fenomena para intelektual belakangan ini. Fenomena kaum rezi yang keluar dari pertapaan untuk menegur dan menghardik kekuasaan yang dinilainya sudah keluar dari pakem moral dan etika.

Maka, orang-orang yang melebelkan para intelektual itu sebagai kaum yang berpolitik praktis, pasti keliru menduga. Kaum intelektual itu tak tergoda dengan iming-iming kekuasaan. Di saat yang sama, tak gentar dengan intimidasi dan gertakan kekuasaan.

Forum Keluarga Besar IPB menyampaikan seruan demokrasi bermartabat di IPB International Convention Center, Sabtu (3/2/2024). (ANTARA/Shabrina Zakaria) Forum Keluarga Besar IPB menyampaikan seruan demokrasi bermartabat di IPB International Convention Center, Sabtu (3/2/2024).
Wilayah edar kaum intelektual adalah moral. Orientasi mereka adalah kebenaran. Mereka tidak digelitik oleh janji seribu ku menanti. Mereka tidak tergiur dengan adu lomba untuk berkuasa.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com