Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Risiko Politisasi Bansos oleh Presiden Jokowi

Kompas.com - 03/02/2024, 07:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pergeseran dinamis ini mengkhawatirkan, menandakan adanya hubungan transaksional antara negara dan warganya. Kesejahteraan bukanlah hak, melainkan mata uang politik.

Data dan tren beberapa tahun terakhir, menggambarkan pola yang mengkhawatirkan ini. Alokasi bansos meningkat secara signifikan pada tahun-tahun pemilu, dengan anggaran perlindungan sosial tahun 2024 yang melonjak hingga Rp 496,8 triliun, meskipun tidak ada pandemi atau krisis serupa.

Lonjakan belanja kesejahteraan sosial yang bertepatan dengan masa pemilu menimbulkan kecurigaan akan adanya 'politik gentong', di mana sumber daya negara digunakan untuk menggalang dukungan politik.

Lebih berbahaya lagi, cara distribusi bansos di bawah rezim Jokowi - sering kali melalui pembagian langsung yang disertai dengan pesan-pesan politik - telah mengubah program-program ini menjadi kampanye halus untuk pemerintah petahana.

Praktik ini telah dicatat dalam beberapa kasus, seperti distribusi bantuan oleh tokoh-tokoh politik terkemuka, termasuk Menteri Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan, yang memiliki hubungan dengan kampanye Prabowo-Gibran.

Implikasi lebih luas

Politisasi ini melampaui konteks yang ada dan sangat memengaruhi ekonomi politik dan struktur demokrasi itu sendiri.

Ketika bantuan sosial digunakan sebagai iming-iming untuk mendapatkan suara, hal ini tidak hanya melecehkan hak pilih, tetapi juga mengikis nilai-nilai dasar demokrasi.

Taktik ini melemahkan konsep pilihan berdasarkan informasi yang merupakan pilar dari pemilu demokratis, mereduksi keputusan politik kompleks menjadi transaksi yang didasarkan pada kebutuhan ekonomi yang mendesak.

Dari sudut pandang ekonomi, alokasi strategis bansos yang dikaitkan dengan siklus politik dapat salah mengalokasikan sumber daya.

Dana yang seharusnya dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek pembangunan jangka panjang atau program-program kesejahteraan yang lebih berkelanjutan justru disalurkan untuk pemberian bantuan jangka pendek yang bermotif politik.

Pendekatan ini dapat menyebabkan lingkaran setan di mana isu-isu sosio-ekonomi yang sebenarnya, seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan, tidak diatasi secara struktural, tetapi untuk sementara waktu ditutupi dengan skema-skema kesejahteraan yang melayani kepentingan politik sesaat.

Selain itu, praktik ini dapat menimbulkan budaya ketergantungan, di mana masyarakat memandang pemerintah bukan sebagai fasilitator pemberdayaan, melainkan sebagai pemberi bantuan yang terus menerus.

Budaya seperti ini melemahkan semangat kemandirian dan menghambat pengembangan ekonomi yang kuat dan mandiri.

Kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga pemerintah dapat terkikis secara signifikan ketika program-program kesejahteraan dipolitisasi.

Warga negara mungkin mulai melihat lembaga-lembaga ini bukan sebagai entitas yang tidak memihak yang melayani kepentingan bersama, melainkan sebagai alat untuk meraih keuntungan politik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com