Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Analisis "Public Speaking" Debat Cawapres Keempat

Kompas.com - 22/01/2024, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

APAKAH kesan Anda, para pembaca Kompas.com, atas debat Pilpres ke-empat yang diikuti tiga calon wakil presiden (Cawapres) semalam, Minggu (21/1/2024)?

Ketika nomor dua digempur nomor satu dan tiga seperti debat ketiga, Minggu (7/1) lalu? Jika anggukan kepala Anda berikan, maka penulis sepakati impresi tersebut.

Sejak awal segmen, baik Cawapres Muhaimin Iskandar dan Cawapres Mahfud MD, sudah langsung membidik Cawapres Gibran Rakabuming.

Muhaimin tetap dengan isu etika dalam pengelolaan sumber daya alam ketika jutaan petani gurem menemui seorang yang kuasai lahan sampai 500.000 hektare (Prabowo Subianto), sementara Mahfud sontak membidik kegagalan Food Estate (juga yang dimiliki Prabowo).

Sementara Gibran, terutama di segmen pertama dan segmen lanjutannya, tetap dalam gaya serta ruh bernapaskan spirit "lanjutkan". Untuk tidak menyebut, selalu mengeksplorasi apa saja dan dampak dari kebijakan Presiden Jokowi di bidang pembangunan berkelanjutan.

Jadi, bolehlah disebut strategi Capres Anies Baswedan langsung serang guna mengusik emosi Capres Prabowo Subianto kini diduplikasi Muhaimin. Sementara Capres Ganjar Pranowo yang tak lakukan itu dibalikkan Mahfud dengan pernyataan awal pembuat merah kuping.

Ada beberapa poin analisis public speaking yang bisa diberikan. Pertama, tak ada lagi keraguan dan rasa kagok dari Muhaimin dan Mahfud MD sebagaimana kita saksikan bersama dalam Debat Cawapres pertama.

Ekspresi wajah lepas, kata-frasa berhambur dengan leluasa, diksi tak meragu, sorot mata tak sungkan dari keduanya dilancarkan kepada Gibran sebagai anak sulung Presiden RI sekaligus cawapres yang jelas disokong Jokowi.

Di debat perdana mereka, terlalu mudah melihat ewuh pakewuh atas relasi Muhaimin dan Mahfud kepada Ayahanda Gibran.

Muhaimin masih menjadi parpol pemerintahan dengan beberapa kader PKB menjadi menteri, sementara Mahfud setali tiga uang; Bukan hanya menjabat Menko Polhukam yang strategis, tapi juga sempat bakal menjadi Cawapres Jokowi saat akan maju di Pilpres 2019 lalu.

Maka itu, nyaris semua pernyataan Gibran, terutama di segmen kedua, ditanya balik serta dikritisi kedua cawapres kompetitornya.

Tak sekadar ditanya balik, bahkan juga dikuliti seperti misal soal kerusakan lingkungan oleh perusahaan pertambangan.

Gibran menjawab cabut izin IUP-nya. Mahfud langsung mencecar bahwa kendala di lapangan justru banyak informasi dan relasi siluman yang sulitkan penegakan hukum. Bahkan, malah aparatnya yang tak mau tegakkan aturan!

Tambah menarik ketika Muhaimin dan Mahfud di segmen kedua dan ketiga juga saling menguatkan pernyataan, yang sekaligus juga mementahkan apa yang disampaikan Gibran.

Maka itu, situasi jadi mirip ketika Anies dan Ganjar menguliti Prabowo soal isu pertahanan di debat ketiga kemarin.

Muhaimin bahkan juga keluar citra "Slepet Imin", saat dia balik serang Gibran dengan sindirian soal catatan dari Mahkamah Konstitusi. Duarrrr.

Kedua, performa Gibran tak lagi menonjol sendirian seperti debat perdana. Ada perbaikan penampilan dari cara komunikasi publik Cak Imin, sementara Mahfud kian garang saja dengan imaji yang selalu berusaha ditampilkannya selama ini: Berani dan berkomitmen tuntaskan masalah.

Muhaimin sadar akan kelemahannya di debat perdana, yang kental gugup campur meremehkan, maka semalam ada banyak poin plus yang diraihnya.

Banyak narasi baik dengan artikulasi lancar yang disampaikan kepada khalayak tanpa banyak melihat teks, pastinya ada banyak latihan intens dilakukan.

Demikian pula dengan Mahfud, yang terasa sekali menyebut bahwa arah kebijakan Presiden Jokowi tidak sampai tuntas menyelesaikan masalah.

Jika sebelumnya tetap ada kegamangan, maka semalam lebih lugas sehingga layak diberikan kredit yang akhirnya skor penampilan semuanya relatif seimbang.

Ketiga, debat semalam, cukup berhasil mengangkat level debat khas Indonesia yang kental budaya guyub ke debat khas Amerika yang langsung, lugas, dan jelas.

Prof Deddy Mulyana, Guru Besar Fikom Unpad, mengumpamakan debat Indonesia sebelumnya seperti pertandingan boling, bukan pertandingan tenis.

Ini karena masyarakat kita memiliki budaya konteks komunikasi tingggi sehingga berbicara bulak belok dulu. Sementara Amerika low level context sehingga langsung pada intinya.

“Pembicara selalu menunggu dan mengetahui gilirannya. Ketika gilirannya tiba, ia melangkah ke garis start dengan bola bolingnya, dan hati-hati melemparkannya. Setiap pembicara menunggu hingga bola mencapai akhir lorong, dan melihat jika bola itu menjatuhkan seluruh sasaran, sebagian darinya, atau tak satu pun. Setelah pembicara selesai dengan gilirannya, pembicara berikutnya maju ke garis awal yang sama, dengan bola berbeda. Ia tidak mengembalikan bola lawannya dan tidak memulai dari tempat bola berhenti. Hampir tak ada ulang-alik sama sekali,” begitu umpama pertandingan boling.

Sebaliknya, pertandingan tenis adalah ketika ada lancaran sebuah bola percakapan, maka Anda harus memukulnya kembali.

Jika setuju, maka kita harus menambahkan alasan untuk setuju, contoh lain, atau elaborasi untuk menjabarkan gagasan tersebut lebih jauh.

Namun kita akan sama senangnya jika lawan menanyai, menantang, atau sama sekali tidak setuju dengan kita.

Respons Anda adalah akan mengembalikan bola kepada saya. Bola pun berulang-alik, disertai putaran murni, dan smash kuat.

Penulis menilai dengan garis finish segera tiba, dan data elektabilitas terus menggempur khalayak, maka memang boling sulit diharapkan terutama bagi yang elektabilitasnya tidak di rangking satu.

Sebaliknya yang selalu di urutan satu survei, bertahan terus juga tidak selalu baik, serang sekalian agar lawan makin menukik.

Manakah yang kelak meraih hasil jawara dari "pertandingan tenis" semalam?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Nasional
Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Nasional
Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com