Salin Artikel

Analisis "Public Speaking" Debat Cawapres Keempat

Ketika nomor dua digempur nomor satu dan tiga seperti debat ketiga, Minggu (7/1) lalu? Jika anggukan kepala Anda berikan, maka penulis sepakati impresi tersebut.

Sejak awal segmen, baik Cawapres Muhaimin Iskandar dan Cawapres Mahfud MD, sudah langsung membidik Cawapres Gibran Rakabuming.

Muhaimin tetap dengan isu etika dalam pengelolaan sumber daya alam ketika jutaan petani gurem menemui seorang yang kuasai lahan sampai 500.000 hektare (Prabowo Subianto), sementara Mahfud sontak membidik kegagalan Food Estate (juga yang dimiliki Prabowo).

Sementara Gibran, terutama di segmen pertama dan segmen lanjutannya, tetap dalam gaya serta ruh bernapaskan spirit "lanjutkan". Untuk tidak menyebut, selalu mengeksplorasi apa saja dan dampak dari kebijakan Presiden Jokowi di bidang pembangunan berkelanjutan.

Jadi, bolehlah disebut strategi Capres Anies Baswedan langsung serang guna mengusik emosi Capres Prabowo Subianto kini diduplikasi Muhaimin. Sementara Capres Ganjar Pranowo yang tak lakukan itu dibalikkan Mahfud dengan pernyataan awal pembuat merah kuping.

Ada beberapa poin analisis public speaking yang bisa diberikan. Pertama, tak ada lagi keraguan dan rasa kagok dari Muhaimin dan Mahfud MD sebagaimana kita saksikan bersama dalam Debat Cawapres pertama.

Ekspresi wajah lepas, kata-frasa berhambur dengan leluasa, diksi tak meragu, sorot mata tak sungkan dari keduanya dilancarkan kepada Gibran sebagai anak sulung Presiden RI sekaligus cawapres yang jelas disokong Jokowi.

Di debat perdana mereka, terlalu mudah melihat ewuh pakewuh atas relasi Muhaimin dan Mahfud kepada Ayahanda Gibran.

Muhaimin masih menjadi parpol pemerintahan dengan beberapa kader PKB menjadi menteri, sementara Mahfud setali tiga uang; Bukan hanya menjabat Menko Polhukam yang strategis, tapi juga sempat bakal menjadi Cawapres Jokowi saat akan maju di Pilpres 2019 lalu.

Maka itu, nyaris semua pernyataan Gibran, terutama di segmen kedua, ditanya balik serta dikritisi kedua cawapres kompetitornya.

Tak sekadar ditanya balik, bahkan juga dikuliti seperti misal soal kerusakan lingkungan oleh perusahaan pertambangan.

Gibran menjawab cabut izin IUP-nya. Mahfud langsung mencecar bahwa kendala di lapangan justru banyak informasi dan relasi siluman yang sulitkan penegakan hukum. Bahkan, malah aparatnya yang tak mau tegakkan aturan!

Tambah menarik ketika Muhaimin dan Mahfud di segmen kedua dan ketiga juga saling menguatkan pernyataan, yang sekaligus juga mementahkan apa yang disampaikan Gibran.

Maka itu, situasi jadi mirip ketika Anies dan Ganjar menguliti Prabowo soal isu pertahanan di debat ketiga kemarin.

Muhaimin bahkan juga keluar citra "Slepet Imin", saat dia balik serang Gibran dengan sindirian soal catatan dari Mahkamah Konstitusi. Duarrrr.

Kedua, performa Gibran tak lagi menonjol sendirian seperti debat perdana. Ada perbaikan penampilan dari cara komunikasi publik Cak Imin, sementara Mahfud kian garang saja dengan imaji yang selalu berusaha ditampilkannya selama ini: Berani dan berkomitmen tuntaskan masalah.

Muhaimin sadar akan kelemahannya di debat perdana, yang kental gugup campur meremehkan, maka semalam ada banyak poin plus yang diraihnya.

Banyak narasi baik dengan artikulasi lancar yang disampaikan kepada khalayak tanpa banyak melihat teks, pastinya ada banyak latihan intens dilakukan.

Demikian pula dengan Mahfud, yang terasa sekali menyebut bahwa arah kebijakan Presiden Jokowi tidak sampai tuntas menyelesaikan masalah.

Jika sebelumnya tetap ada kegamangan, maka semalam lebih lugas sehingga layak diberikan kredit yang akhirnya skor penampilan semuanya relatif seimbang.

Ketiga, debat semalam, cukup berhasil mengangkat level debat khas Indonesia yang kental budaya guyub ke debat khas Amerika yang langsung, lugas, dan jelas.

Prof Deddy Mulyana, Guru Besar Fikom Unpad, mengumpamakan debat Indonesia sebelumnya seperti pertandingan boling, bukan pertandingan tenis.

Ini karena masyarakat kita memiliki budaya konteks komunikasi tingggi sehingga berbicara bulak belok dulu. Sementara Amerika low level context sehingga langsung pada intinya.

“Pembicara selalu menunggu dan mengetahui gilirannya. Ketika gilirannya tiba, ia melangkah ke garis start dengan bola bolingnya, dan hati-hati melemparkannya. Setiap pembicara menunggu hingga bola mencapai akhir lorong, dan melihat jika bola itu menjatuhkan seluruh sasaran, sebagian darinya, atau tak satu pun. Setelah pembicara selesai dengan gilirannya, pembicara berikutnya maju ke garis awal yang sama, dengan bola berbeda. Ia tidak mengembalikan bola lawannya dan tidak memulai dari tempat bola berhenti. Hampir tak ada ulang-alik sama sekali,” begitu umpama pertandingan boling.

Sebaliknya, pertandingan tenis adalah ketika ada lancaran sebuah bola percakapan, maka Anda harus memukulnya kembali.

Jika setuju, maka kita harus menambahkan alasan untuk setuju, contoh lain, atau elaborasi untuk menjabarkan gagasan tersebut lebih jauh.

Namun kita akan sama senangnya jika lawan menanyai, menantang, atau sama sekali tidak setuju dengan kita.

Respons Anda adalah akan mengembalikan bola kepada saya. Bola pun berulang-alik, disertai putaran murni, dan smash kuat.

Penulis menilai dengan garis finish segera tiba, dan data elektabilitas terus menggempur khalayak, maka memang boling sulit diharapkan terutama bagi yang elektabilitasnya tidak di rangking satu.

Sebaliknya yang selalu di urutan satu survei, bertahan terus juga tidak selalu baik, serang sekalian agar lawan makin menukik.

Manakah yang kelak meraih hasil jawara dari "pertandingan tenis" semalam?

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/22/05450061/analisis-public-speaking-debat-cawapres-keempat

Terkini Lainnya

Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Nasional
JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Nasional
PKS: Kami Berharap Pak Anies Akan Dukung Kader PKS Sebagai Cagub DKJ

PKS: Kami Berharap Pak Anies Akan Dukung Kader PKS Sebagai Cagub DKJ

Nasional
Pilih Bungkam Usai Rapat dengan Komisi X DPR soal UKT, Nadiem: Mohon Maaf

Pilih Bungkam Usai Rapat dengan Komisi X DPR soal UKT, Nadiem: Mohon Maaf

Nasional
Anggota DPR Cecar Nadiem soal Pejabat Kemendikbud Sebut Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier

Anggota DPR Cecar Nadiem soal Pejabat Kemendikbud Sebut Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier

Nasional
Jokowi Disebut Berpotensi Masuk Partai Lain Usai Bobby Gabung Gerindra

Jokowi Disebut Berpotensi Masuk Partai Lain Usai Bobby Gabung Gerindra

Nasional
Jokowi Minta Pembangunan Jalan-Jembatan Darurat di Daerah Terdampak Banjir Sumbar Segera Tuntas

Jokowi Minta Pembangunan Jalan-Jembatan Darurat di Daerah Terdampak Banjir Sumbar Segera Tuntas

Nasional
Kompolnas Yakin Polisi Bakal Bekuk 3 Buronan Pembunuhan “Vina Cirebon”

Kompolnas Yakin Polisi Bakal Bekuk 3 Buronan Pembunuhan “Vina Cirebon”

Nasional
Menkes Sebut Efek Samping Vaksin AstraZeneca Terjadi di Wilayah Jarang Kena Sinar Matahari

Menkes Sebut Efek Samping Vaksin AstraZeneca Terjadi di Wilayah Jarang Kena Sinar Matahari

Nasional
PKS Terbuka Usung Anies dalam Pilkada Jakarta 2024

PKS Terbuka Usung Anies dalam Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Singgung Sejumlah PTN Terkait UKT, Kemendikbud: Justru UKT Rendah Tetap Mendominasi

Singgung Sejumlah PTN Terkait UKT, Kemendikbud: Justru UKT Rendah Tetap Mendominasi

Nasional
Dewas KPK Belum Diperiksa Bareskrim Terkait Laporan Nurul Ghufron

Dewas KPK Belum Diperiksa Bareskrim Terkait Laporan Nurul Ghufron

Nasional
Jokowi Berharap Meninggalnya Presiden Iran Tak Pengaruhi Harga Minyak Dunia

Jokowi Berharap Meninggalnya Presiden Iran Tak Pengaruhi Harga Minyak Dunia

Nasional
Fakta soal Istana Merdeka, Tempat Soeharto Nyatakan Berhenti dari Jabatannya 26 Tahun Lalu

Fakta soal Istana Merdeka, Tempat Soeharto Nyatakan Berhenti dari Jabatannya 26 Tahun Lalu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke