Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Analisis "Public Speaking" Debat Cawapres Keempat

Kompas.com - 22/01/2024, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Muhaimin bahkan juga keluar citra "Slepet Imin", saat dia balik serang Gibran dengan sindirian soal catatan dari Mahkamah Konstitusi. Duarrrr.

Kedua, performa Gibran tak lagi menonjol sendirian seperti debat perdana. Ada perbaikan penampilan dari cara komunikasi publik Cak Imin, sementara Mahfud kian garang saja dengan imaji yang selalu berusaha ditampilkannya selama ini: Berani dan berkomitmen tuntaskan masalah.

Muhaimin sadar akan kelemahannya di debat perdana, yang kental gugup campur meremehkan, maka semalam ada banyak poin plus yang diraihnya.

Banyak narasi baik dengan artikulasi lancar yang disampaikan kepada khalayak tanpa banyak melihat teks, pastinya ada banyak latihan intens dilakukan.

Demikian pula dengan Mahfud, yang terasa sekali menyebut bahwa arah kebijakan Presiden Jokowi tidak sampai tuntas menyelesaikan masalah.

Jika sebelumnya tetap ada kegamangan, maka semalam lebih lugas sehingga layak diberikan kredit yang akhirnya skor penampilan semuanya relatif seimbang.

Ketiga, debat semalam, cukup berhasil mengangkat level debat khas Indonesia yang kental budaya guyub ke debat khas Amerika yang langsung, lugas, dan jelas.

Prof Deddy Mulyana, Guru Besar Fikom Unpad, mengumpamakan debat Indonesia sebelumnya seperti pertandingan boling, bukan pertandingan tenis.

Ini karena masyarakat kita memiliki budaya konteks komunikasi tingggi sehingga berbicara bulak belok dulu. Sementara Amerika low level context sehingga langsung pada intinya.

“Pembicara selalu menunggu dan mengetahui gilirannya. Ketika gilirannya tiba, ia melangkah ke garis start dengan bola bolingnya, dan hati-hati melemparkannya. Setiap pembicara menunggu hingga bola mencapai akhir lorong, dan melihat jika bola itu menjatuhkan seluruh sasaran, sebagian darinya, atau tak satu pun. Setelah pembicara selesai dengan gilirannya, pembicara berikutnya maju ke garis awal yang sama, dengan bola berbeda. Ia tidak mengembalikan bola lawannya dan tidak memulai dari tempat bola berhenti. Hampir tak ada ulang-alik sama sekali,” begitu umpama pertandingan boling.

Sebaliknya, pertandingan tenis adalah ketika ada lancaran sebuah bola percakapan, maka Anda harus memukulnya kembali.

Jika setuju, maka kita harus menambahkan alasan untuk setuju, contoh lain, atau elaborasi untuk menjabarkan gagasan tersebut lebih jauh.

Namun kita akan sama senangnya jika lawan menanyai, menantang, atau sama sekali tidak setuju dengan kita.

Respons Anda adalah akan mengembalikan bola kepada saya. Bola pun berulang-alik, disertai putaran murni, dan smash kuat.

Penulis menilai dengan garis finish segera tiba, dan data elektabilitas terus menggempur khalayak, maka memang boling sulit diharapkan terutama bagi yang elektabilitasnya tidak di rangking satu.

Sebaliknya yang selalu di urutan satu survei, bertahan terus juga tidak selalu baik, serang sekalian agar lawan makin menukik.

Manakah yang kelak meraih hasil jawara dari "pertandingan tenis" semalam?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Nasional
Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Nasional
Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Nasional
DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

Nasional
Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

Nasional
Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Nasional
Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Nasional
Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com