Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentilan Megawati di HUT PDI-P: Singgung Kekuasaan Semaunya hingga Intimidasi Aparat di Pemilu

Kompas.com - 11/01/2024, 11:49 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpidato dalam acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 PDI-P yang digelar di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).

Dalam pidatonya, Megawati menyinggung soal hukum yang dipermainkan, kekuasaan yang sewenang-wenang, hingga intimidasi aparat terhadap rakyat selama penyelenggaraan Pemilu 2024.

Adapun perayaan HUT ke-51 PDI-P tersebut dihadiri oleh jajaran elite partai banteng. Ada pula calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo, serta calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya, Ma’ruf Amin, yang hadir secara daring.

Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju juga tampak hadir. Sementara, Presiden Joko Widodo absen lantaran alasan kunjungan kerja ke luar negeri.

Bukan karena presiden

Mengawali pidatonya, Megawati menyinggung soal 51 tahun kiprah PDI-P di politik. Megawati bilang, capaian ini bukan karena jasa presiden atau menteri, tetapi berkat kekuatan rakyat.

“51 tahun kita bisa jadi begini bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri, tapi karena rakyat yang mendukung kita," kata Megawati dengan berapi-api.

Baca juga: Absennya Jokowi di HUT PDI-P dan Sapaan Hangat Megawati ke Wapres hingga Para Menteri...

Atas alasan itulah, Megawati meminta jajarannya memperkuat jalinan dengan akar rumput atau rakyat. Ia mewanti-wanti kader partai banteng untuk rajin turun langsung ke akar rumput.

"Rumput memiliki daya survival yang tinggi, sehingga meskipun dibakar, dipotong, dimatikan, dicabut, tetap akan selalu tumbuh. Karena akarnya selalu siap untuk tumbuh kembali. Tolong ingat! Itulah rakyat," ujar Megawati.

Hukum dipermainkan, kekuasaan semaunya

Masih bicara soal akar rumput, Megawati mengaku jengkel dengan para elite yang melupakan rakyatnya. Seolah, pihak-pihak tersebut lupa bahwa selama 3,5 abad rakyat berjuang bersama untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajah.

"Lalu sekarang para elitenya, orang-orang yang sudah berkelayakan, melupakan yang namanya akar rumput, yang namanya wong cilik, yang masih sengsara, yang tidak berkeadilan," kata Megawati.

"Sekali lagi saya katakan, kita setiap warga Negara Republik Indonesia siapakah dia? Akar rumput, rakyat, mempunyai hak yang sama di mata hukum," tuturnya.

Baca juga: Sejauh Mana Kemarahan Megawati dan PDI-P ke Jokowi?

Megawati lantas menyinggung situasi hukum dan kekuasaan saat ini yang menurutnya tidak baik-baik saja. Ia tidak ingin hal ini terus menerus terjadi.

"Sekarang hukum itu dipermainkan, bahwa kekuasaan itu dapat dijalankan semau-maunya saja, no, no, and no!” tandas Megawati.

Intimidasi pemilu

Dalam kesempatan yang sama, Megawati juga menyinggung penyelenggaraan Pemilu 2024. Menurutnya arah pemilu sudah bergeser karena rakyat gelisah akan banyaknya intimidasi oleh aparat.

“Pencermatan saya, akhir-akhir ini sepertinya arah pemilu sudah bergeser, ada kegelisahan rakyat akibat berbagai intimidasi,” kata Megawati.

Megawati pun mengungkit peristiwa penganiayaan relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD oleh enam oknum TNI di Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Mega tak habis pikir tindakan tersebut dilakukan aparat ke rakyat.

“Coba, bayangkan, yang salah tuh siapa sih ketika kasus Boyolali? Saya sampai mikir, sebenarnya apa toh yang ada di hati dan pikiran mereka, kok enak aja rakyat dibegituin,” ujarnya.

Megawati menyebut, Indonesia merupakan negara merdeka dan berdaulat. Oleh karenanya, tak boleh ada segelintir pihak yang merasa memegang kuasa.

“Memangnya rakyat mau kamu pentungin? Penjajah boleh kamu tembak, tapi kalau rakyat, no, no, no,” ujar Megawati.

“Ini adalah negara merdeka dan berdaulat, Saudara-saudara, tidak ada sebagian yang merasa berkuasa, kekuasaan itu adalah di tangan rakyat,” lanjutnya dengan nada meninggi.

Megawati melanjutkan, pemilu bukanlah alat elite politik untuk melambungkan kekuasaan dengan segala cara. Pemilu harus menjunjung tinggi moral dan etika.

“Kekuasaan itu tidak langgeng loh, yang langgeng itu yang di atas loh. Kekuasaan itu akan berhenti apapun jabatannya. Kan sedih ya,” tutur putri Proklamator Soekarno tersebut.

Netralitas TNI-Polri

Megawati pun mengingatkan agar TNI, Polri, dan aparatur sipil negara (ASN) netral selama penyelenggaraan pemilu. Ia tidak ingin ada lagi intimidasi oleh aparat terhadap rakyat selama masa pemilihan.

“Maka kepada TNI, Polri, dan ASN, harus menjaga prinsip netralitas. Emangnya pelor mau ditembakin ke rakyat? Emang itu rakyat sopo? Apa gitu? Ya enggaklah,” kata Megawati.

“Emangnya kalau udah jadi jenderal keren?” lanjutnya.

Baca juga: Pidato di HUT PDI-P, Megawati: 51 Tahun Kita Bisa Begini Bukan karena Elite, Bukan karena Presiden!

Megawati menyebut bahwa TNI terikat dengan sumpah Sapta Marga dan Polri terikat pada sumpah Tribrata. Sumpah tersebut bukan omong kosong belaka.

Mega mengingatkan, TNI dan Polri merupakan abdi negara yang pendapatannya bersumber dari pajak rakyat. Oleh karenanya, ia mewanti-wanti TNI-Polri untuk menjadi pelindung rakyat, bukan malah menghadirkan ketakutan.

“Saya bukan sentimen, enggak, ini supaya tahu, kalian ini abdi negara, negara, bukan perorangan. Sudah begitu enggak sadar yang harus dilindungi itu siapa to, ya rakyatlah. Saya melihat, kok sekarang kayak begini ya, gimana sih,” tutur Megawati.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai penyelenggara pemilu juga diminta bekerja secara profesional. Megawati menekankan bahwa prinsip pelaksanaan pemilu berbunyi luber jurdil atau langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

“Jangan dong rakyat disakiti atau apa hanya karena dia memilih yang lain daripada kehendaknya,” tandas Mega.

Menang satu putaran

Terkait Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, Megawati optimistis Ganjar Pranowo-Mahfud MD bisa menang dalam satu putraran.

"Jadi insya Allah kita akan menang satu putaran, siap?" ucap Megawati membakar semangat kader.

"Siap," pekik para kader PDI-P.

Baca juga: 51 Tahun PDI Perjuangan: Ujian Kepemimpinan Megawati

Megawati lantas bercerita bahwa dirinya telah melalui proses kontemplasi dan pertimbangan panjang sebelum menunjuk Ganjar-Mahfud sebagai capres-cawapres yang diusung PDI-P pada Pilpres 2024. Katanya, kedua sosok tersebut memenuhi tiga syarat sebagai pemimpin.

Pertama, Ganjar-Mahfud dinilai energik. Megawati bilang, energi dan stamina sangat diperlukan dalam memimpin sebuah negara, apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Kedua, Ganjar-Mahfud dianggap cerdas, baik, dan berempati kepada rakyat kecil. Ketiga, pasangan mantan Gubernur Jawa Tengah dan Menko Polhukam ini memiliki 21 program kerakyatan yang diyakini bisa membuat Indonesia menjadi lebih hebat, unggul, bermartabat, dan berdiri di atas kaki sendiri.

“Kalau saya bilang itu, pemimpin adalah payung yang mengayomi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Tolong diingat di dalam Undang-undang Dasar kita disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama di mata hukum, ingat,” tandas Megawati. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com