Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Ekonom CORE Usulkan 2 Kebijakan agar Hilirisasi Tidak Ganggu Neraca Perdagangan

Kompas.com - 06/01/2024, 13:11 WIB
Inang Sh ,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, kebijakan hilirisasi pemerintah mulai memberikan manfaat positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan pada November 2023 mencapai 2,41 miliar dollar Amerika Serikat (AS). 

Sementara itu, surplus akumulatif periode Januari-November 2023 mencapai 33,63 miliar dollar AS.

Terkait hal itu, Faisal mengusulkan dua hal agar kebijakan hilirisasi tidak mengganggu neraca perdagangan.

Pertama, pemerintah harus menentukan sektor hilirisasi prioritas. Menurutnya, Indonesia memiliki segudang potensi hilirisasi, mulai dari sektor energi, perikanan, pertanian, hingga kehutanan. 

Baca juga: Hilirisasi Digital Bukan Semata Digitalisasi: Belajar dari Kesalahan Hilirisasi Migas

Namun, kata dia, kalkulasi pasar dan permintaan harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan sektor apa yang akan menjadi senjata andalan Indonesia.

“Kalau satu komoditas dijadikan produk, tapi permintaan pasarnya malah sedikit, itu berarti gagal hilirisasinya,” ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (6/1/2024). 

Faisal mengatakan, nikel dan electric vehicle merupakan salah satu komoditas yang paling menjanjikan karena ada kalkulasi market dan permintaan. 

“Jadi, kita harus menentukan hilirisasi prioritas, tidak bisa semuanya bersamaan,” ungkapnya.

Kedua, pemerintah harus siap bertarung di arena politis melalui platform diplomasi perdagangan. 

Faisal mengatakan, hilirisasi seperti memberikan restriksi atau proteksi terhadap suatu komoditas. Oleh karenanya, terdapat kemungkinan negara lain memberikan respons serupa kepada Indonesia.

Baca juga: Gibran Bakal Lanjutkan Hilirisasi di Luar Sektor Pertambangan, Ekonom: Yang Urgent Hilirisasi Pertanian dan Perikanan

“Setiap ada hilirisasi, pasti ada larangan ekspor. Nah, di situlah harus ada kesiapan trade diplomacy,” ungkapnya. 

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, akan sangat lumrah ketika negara protes atau menantang kebijakan hilirisasi dan fakta tersebut akan dihadapi. 

Dia menegaskan, jika ingin mengoptimalkan hilirisasi, pemerintah tidak bisa bergerak parsial pada sektor bisnis saja. 

“Investasi sendiri, perdagangan sendiri, diplomasi sendiri. Semuanya harus bersamaan. Itulah yang dilakukan negara-negara maju,” jelasnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com