Faisal mengatakan, alasan hilirisasi ditunda agar bisa ekspor raw material tidak baik karena sumber dayanya akan habis.
“Semakin banyak yang diekspor barang mentah, semakin sedikit kita merasakan nilai manfaatnya. Secara kuantitas dan peluang investor datang akan semakin kecil karena hilirisasi jadi tidak menarik lagi,” paparnya.
Baca juga: Ekonom UI Sebut Hilirisasi Perlu Didorong untuk Hasilkan Nilai Tambah bagi Masyarakat
Dia juga tidak menampik munculnya resistensi dari sejumlah negara yang menentang kebijakan hilirisasi.
Sebagai informasi, hilirisasi merupakan upaya negara untuk mendongkrak ekonomi dengan memberikan nilai tambah atas suatu komoditas.
Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKM) Bahlil Lahadalia mengatakan, hilirisasi memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap produk yang dihasilkan.
Dia menyebutkan, nilai ekspor komoditas nikel hanya mencapai 3,3 miliar dollar AS pada 2018.
Setelah larangan ekspor dan hilirisasi diberlakukan, nilai ekspor nikel terus bertambah hingga mencapai 33 miliar dollar AS pada 2022.
Baca juga: Rebut Suara Pengusaha, Cawapres Ditantang Jawab Isu Hilirisasi hingga Izin Usaha Saat Debat
Bahlil menyebutkan, hilirisasi tidak hanya akan fokus pada komoditas nikel saja.
Berdasarkan roadmap hilirisasi 2040, pemerintah menargetkan nilai investasi dari hilirisasi mencapai 545,3 miliar dollar AS pada 2040 yang berasal dari 8 bagian dan 21 komoditas.
Salah satu peluang hilirisasi di masa depan bisa dilihat dari PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan “harta karun” yang masih tersimpan di Grasberg Papua.
Untuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diperpanjang dari 2018 hingga 2024, PTFI optimistis bisa menyetorkan hingga Rp 1.200 triliun ke negara.
Setelah 2024, PTFI meyakini mampu menyetorkan sekitar 4 miliar dollar AS atau Rp 62 triliun setiap tahun.
Perusahaan tembaga terbesar di Indonesia itu meyakini bisa memanfaatkan hilirisasi tembaga seiring tingginya permintaan kendaraan listrik.
Baca juga: Dukung Hilirisasi Industri, Prabowo: Kekayaan Kita Harus Dikuasai Anak-anak Bangsa
Pasalnya, kebutuhan tembaga diprediksi akan meningkat hingga empat kali lipat lebih besar jika dibandingkan kendaraan konvensional.
Vice President Government Relations and Smelter Technical Support PTFI Harry Pancasakti mengatakan, untuk baterai kendaraan listrik, pengembangan komposisi tembaga cukup signifikan sekitar 10,8 persen dan sangat krusial.
“Kami harus punya cadangan tembaga yang cukup kalau memang kendaraan listrik ini ke depan akan jadi salah satu backbone dari transisi kita ke depannya,” katanya pada Desember 2023.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.