Lebih lanjut, Faisal menyoroti perubahan struktur ekspor Indonesia, yang semula fokus pada ekspor komoditas beralih menjadi ekspor manufaktur.
Baca juga: Ini Penjelasan Budiman Sudjatmiko Terkait Hilirisasi Digital yang Disebut Gibran di Debat Cawapres
Hal tersebut terlihat dari neraca perdagangan Indonesia yang surplus selama 43 bulan berturut-turut.
“Struktur ekspor Indonesia berubah sejak ada hilirisasi sehingga ekspor produk olahan nikel meningkatkan jenis ekspor untuk logam dasar,” katanya.
Faisal mengatakan, hal itu masuk kategori manufaktur yang memberikan nilai tambah dibanding ekspor barang mentah.
“Betul bahwa ekspor Indonesia mulai merasakan manfaat dari hilirisasi. Tingkat pengolahannya masih tahap awal dan bisa disempurnakan lagi potensinya. Itu lebih baik daripada ekspor barang mentah,” katanya.
Faisal mengatakan, jika pemerintah puas dan berhenti di tahap ini, negara lain akan mendapatkan nilai tambah yang lebih besar sehingga hilirisasi ini harus terus dijalankan.
Baca juga: Gibran: Hilirisasi Jadi Solusi Tingkatkan Nilai Perdagangan Indonesia
Meskipun neraca perdagangan Indonesia surplus, jika nilai tersebut dibandingkan dengan Oktober 2023 turun 1,06 miliar dollar AS.
Dengan kata lain, surplus atau kelebihan ekspor terhadap impor semakin mengecilkan nilainya.
Peraih gelar doktor dari Universitas Queensland itu menyatakan, hilirisasi merupakan kebijakan yang berorientasi pada jangka panjang.
Menurutnya, jika pemerintah terus menggeber surplus neraca perdagangan dengan mengekspor barang mentah, Indonesia akan kehilangan daya tawar dan kesempatan emas untuk menjadi negara besar di masa depan.
Faisal mencontohkan, ketika Indonesia berkomitmen mengoptimalkan hilirisasi nikel, pemerintah praktis melarang ekspor nikel dalam bentuk barang mentah (raw material).
Baca juga: Ingin Digenjot Gibran, Apa Itu Hilirisasi Digital?
“Apakah kita ingin mendapat keuntungan sesaat, tetapi nilainya kecil atau keuntungan jangka panjang dengan nilai yang lebih besar,” ungkapnya.
Di sisi lain, da mengatakan, hilirisasi dapat membuat Indonesia rugi jangka pendek karena ada ekspor yang tereduksi.
Namun, dalam jangka panjangnya, Indonesia akan mempunyai produk dengan nilai tambah yang lebih besar.
“Kalau kalkulasi dagang, hilirisasi akan jauh lebih untung daripada jual barang mentah,” katanya.