JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan Presiden Joko Widodo dengan partainya, PDI Perjuangan, dinilai bermasalah setelah putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Jokowi sampai saat ini masih bernaung di bawah partai banteng, namun dukungannya dipertanyakan.
“Pascaserangan hebat PDI-P pada Jokowi pada 25 Oktober di momentum deklarasi pencawapresan Gibran, posisi Jokowi di PDI-P juga problematik, seolah ada tapi seperti tidak ada,” kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com, Rabu (20/12/2023).
Meski demikian, Umam meyakini, ke depan, Jokowi akan berupaya untuk memperbaiki hubungannya dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.
Menurutnya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu punya celah untuk memperbaiki hubungan melalui putri Megawati yang juga Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani, yang relatif lebih fleksibel dalam berkomunikasi.
Baca juga: Jokowi Groundbreaking Mapolres IKN Senilai Rp 160 Miliar
Peluang konsolidasi antara Jokowi dan PDI-P dinilai memungkinkan, apalagi, belakangan partai banteng tampak berupaya mendekatkan diri lagi ke Presiden, setelah sempat “menyerang” Jokowi dan Gibran.
“Saya berkeyakinan Jokowi akan mencari peluang untuk memperbaiki hubungannya dengan PDI-P. Sebagai pemimpin dengan latar belakang budaya Jawa, Jokowi sering menggunakan model pendekatan komunikasi yang cenderung menghindari benturan konflik terbuka,” ujar Umam.
Menurut Umam, peluang rujuk antara Jokowi dan PDI-P juga bergantung pada hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Kemarahan internal PDI-P terhadap Jokowi mungkin mereda seandainya hasil pilpres tak berpihak pada pasangan capres-cawapres yang diusung PDI-P, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Di situlah ruang negosiasi PDI-P dengan lingkaran Jokowi akan terjadi,” ucap Umam.
Umam melanjutkan, sampai saat ini, Jokowi dan keluarga masih bermain aman sembari melihat dinamika politik mendatang.
Namun, menurutnya, jika konsolidasi antara Jokowi dan PDI-P ke depan menemui jalan buntu, terbuka peluang buat Jokowi berpindah haluan ke partai politik pendukung pemerintahannya.
Dari berbagai opsi, Golkar dan Gerindra dinilai paling mungkin menjadi tempat Jokowi berlabuh. Ini mengingat kedekatan Jokowi dengan Golkar ataupun Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.
“Jokowi bisa menjadikan Gerindra sebagai opsi sebagai ‘trade off’ (kompensasi) dengan Prabowo jika ia terpilih sebagai presiden mendatang,” kata Umam.
“Sedangkan Gibran bisa diarahkan ke Golkar, supaya sebaran kekuatan politiknya lebih merata dan tidak terkonsentrasi di satu titik kekuatan politik yang sama,” lanjut dosen Universitas Paramadina itu.
Baca juga: Sebut Prabowo Bukan Jokowi, Sekjen PDI-P: Prabowo Sulit Blusukan
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengaku nyaman dalam hubungannya dengan Partai Golkar. Golkar pun tak menampik bahwa ada sinyal Jokowi hendak bergabung.