Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Debat Capres Pertama: Membaca Polarisasi Representasi Petahana Vs Penantang

Kompas.com - 15/12/2023, 08:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gaya bicaranya meliuk-liuk, basa-basi tentang potret pemerataan pembangunan belum tercapai, kasus-kasus pembatasan kebebasan berekspresi terjadi secara spasial, dan terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang belum selesai berkaitan penegakan hukum dan HAM, yang melibatkan capres nomor urut satu.

Lontaran pemikiran progresif Anies Baswedan menjadikan suasana debat dinamis, dan menarik. Ganjar melengkapi dinamika suasana pada saat beresonansi dengan Prabowo soal kasus hukum dan HAM.

Kritik Anies Baswedan tentang demokrasi setengah hati dan politisasi hukum untuk mempertahankan kekuasaan rezim Jokowi memantik emosi Prabowo.

Menteri Pertahanan tersebut memandang Anies Baswedan tidak selayaknya mengkritisi dan menertawakan kekuasaan petahana karena capres urut satu ini mendapatkan manfaat atas kekuasaan rezim Jokowi.

“Kalau Presiden Jokowi otoriter, mas Anies tidak bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta," kata Prabowo.

Prabowo mengekspresikan sikap superioritas terhadap Anies Baswedan. Jabatan gubernur tersebut diraih atas jasa Prabowo dan partainya. Karena itu, Prabowo tampak jengah dengan sikap Anies Baswedan yang notabene sebagai politisi yunior.

Sebagai ekspresi sikap kecewa dan marah, Prabowo membuat gerakan kuda-kuda pencak silat yang dikonotasikan sebagai joget gemoy.

Perdebatan antara senior dan yunior tersebut membongkar profil karakter personal capres.
Prabowo sangat resisten dengan kritik yang berkaitan petahana dan terhadap dirinya.

Sementara Anies Baswedan sangat nyaman dengan gagasan kritis untuk mencapai suksesi kekuasaan.

Ganjar Pranowo memanfaatkan rivalitas dua capres tersebut. Ganjar berharap bisa memanfaatkan rempah-rempah energi kekuasaan petahana dengan sikap pasif terhadap kelemahan rezim Jokowi.

Sebaliknya Ganjar berharap ada muntahan energi dari pendukung Anies Baswedan dengan menunjukkan sikap yang proporsional terhadap teman almamater di kampus UGM.

Gambaran polarisasi kekuasaan itu sangat strategis bagi calon pemilih untuk pertimbangan menentukan pilihan.

Apakah memilih capres yang mengusung perubahan, atau sebaliknya memilih capres yang membawa misi status quo kekuasaan.

Dinamika dari panggung debat ini perlu dieksplorasi sebagai bintik-bintik asa untuk menciptakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia (luber).

Prinsip luber itu perlu ditopang oleh profesionalisme penyelenggara Pemilu 2024, baik perangkat pemilihan yang bernaung pada KPU maupun infrastruktur pendukung yang mendukung pelaksanaan, keamanan dan kelancaran pemilihan seperti institutui TNI dan Polri.

Sikap fairplay juga perlu menjadi amunisi untuk terselenggaranya pesta demokrasi dari para capres dan cawapres yang menjadi aparatus negara.

Mereka sebagai kompetitor perlu memosisikan diri sebagai pemain politik, bukan regulator dan eksekutor regulasi permainan politik dalam pemilihan presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com