Karena akan ada semacam kesimpulan kolektif publik bahwa siapa pun yang bakal terpilih adalah orang-orang yang sudah teruji kapasitasnya.
Dalam konteks Gibran dengan ‘blunder’ komunikasi, seperti soal asam sulfat, dan bila kemudian hari hal elementer semacam ini terus terjadi, akan menghadirkan kekhawatiran tersendiri, baik itu dari kelompok pendukungnya, apalagi yang kontra.
Terang saja, bila sebagai cawapres Gibran masih memberikan sinyalemen ‘ketidaksiapan’, sementara pada sisi lain, dan menjadi rahasia umum Prabowo sebagai capres memiliki riwayat kesehatan yang tak begitu prima, kekhawatiran akan menguat.
Inilah yang mestinya dihindari. Baik itu dalam bentuk kesan yang ditangkap oleh khalayak, maupun dalam soal yang lebih inheren, terkait kesiapan diri kandidat.
Untuk itu, dan paling utama adalah membenahi kesiapan dan persiapan. Dalam konteks ini, capres dan cawapres harus menyiapkan diri dengan paripurna, didukung support system yang memadai.
Diperlukan think tank untuk memberikan pandangan mendalam, analisis kebijakan, dan saran strategis.
Think tank dapat membantu pasangan capres-cawapres dalam pengembangan program kebijakan, pemahaman isu-isu kompleks, dan menyusun strategi politik yang relevan.
Termasuk pula soal ‘public speaking’ dan penguasaan forum serta pilihan diksi yang tepat, apalagi jelang debat kandidat. Meminimalkan setiap kesalahan tentu saja menjadi agenda penting bagi semua kontestan.
Tentu saja soal think tank, di era politik modern ini semua capres dan cawapres sudah memilikinya, namun fungsinya perlu lebih dioptimalkan.
Dalam situasi yang krusial ini, pada masa kampanye dan debat kandidat, komunikasi politik kandidat akan menjadi faktor kunci atau penentu, terutama bagi swing voters yang masih menunggu adanya kejutan.
Itu artinya bagi kadidat yang di-underestimate-kan, bila ternyata kemudian bisa tampil menyakinkan, terutama dalam ajang debat resmi yang bisa disaksikan secara luas, bakal menjadi kejutan, melejitkan level elektabilitas.
Sebaliknya, yang sudah dianggap mampu dan berpengalaman, namun ternyata tampil tidak begitu meyakinkan, apalagi kerap muncul dengan blunder komunikasi, siap-siap saja mendapat penalti elektoral.
Seperti yang saya sampaikan dalam dialog “Polemik Format Debat Capres-Cawapres 2024” di Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Senin 4 Desember 2023.
Sehingga Gibran dengan ‘blunder’ asam sulfat tentu dapat menjadi pelajaran, tidak saja bagi dirinya, juga bagi semua kontestan pilpres, dan tentu pula para politisi (caleg) yang sedang mencari simpati untuk dipilih dalam pemilu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.