Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Menjaga Demokrasi dengan Transparansi dan Keterwakilan Inklusif

Kompas.com - 23/11/2023, 13:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Publik – pemilih - memiliki hak untuk mengetahui siapa yang akan mewakili di parlemen, dan para calon anggota DPR memiliki kewajiban untuk memenuhi harapan tersebut.

Demokrasi hanya akan berfungsi dengan baik jika para pelaku berkomitmen untuk membangun fondasi yang kuat berdasarkan transparansi dan integritas.

Demokrasi adalah sistem di mana wakil rakyat dipilih oleh rakyat untuk mewakili dan mengambil keputusan atas nama mereka.

Namun, demokrasi juga meminta agar para wakil ini terbuka, transparan dalam tindakan dan latar belakang mereka. Menjadi entitas publik yang bertanggung jawab kepada publik.

Jika mereka memilih untuk menjadi bagian dari pemerintah yang mengatur hidup warga bangsa, maka mereka harus siap untuk menjalani tingkat transparansi yang lebih tinggi.

Ketika berbicara tentang transparansi, ini juga berhubungan dengan kewajiban moral para calon anggota DPR.

Mereka harus menyadari bahwa peran mereka mengalami transformasi dari individu yang bersifat mandiri menjadi personal yang terikat secara konstitusional. Hak dan tanggung jawab mereka menjadi berbeda.

Dalam ruang personal, privasi data harus dihormati, namun saat mereka menjadi pejabat publik, ruang publik menguat dan tuntutan untuk berbagi informasi tentang diri mereka juga meningkat.

Ruang personal vs etika publik

Para calon anggota DPR juga harus memahami bahwa mereka terikat prasyarat kompetensi yang berbeda ketika mereka berperan sebagai pejabat publik.

Ini bukan seperti menjadi seorang CEO di perusahaan di mana mereka hanya bertanggung jawab kepada perusahaan dan pemegang saham.

Bukan juga seperti pangeran dalam kerajaan, mendapatkan kedudukan secara turun temurun atas dasar garis darah dan generasi.

Sebagai pejabat publik, mereka harus mematuhi sistem nilai, tuntutan, dan etika publik.

Sebagaimana dijelaskan oleh Haryatmoko (2011), etika publik adalah refleksi tentang standar dan norma yang menentukan baik atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan, dan keputusan yang mengarah pada kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ini adalah tentang mendorong kebaikan bersama, atau "Bonum Communae."

Ketidakmauan untuk mempublikasikan daftar riwayat hidup oleh calon anggota DPR dan kuota 30 caleg perempuan tidak hanya merupakan langkah yang tidak demokratis, tetapi juga melukai prinsip dasar etika publik.

Demokrasi memerlukan transparansi dan partisipasi aktif dari seluruh kontestan yang ada di dalamnya.

Ketika memilih para wakil, kita berharap memilih mereka dengan pengetahuan yang cukup tentang latar belakang dan integritas mereka.

Kita harus mendesak agar partai politik dan para calon anggota DPR merangkul nilai-nilai demokrasi dan memprioritaskan keterbukaan serta transparansi dalam menjalankan tugas mereka.

Itulah salah satu cara untuk memastikan bahwa demokrasi kita tetap kuat dan berfungsi dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang Akibar Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang Akibar Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com