Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anis Matta: Siapa Pun Pemenang Pemilu 2024 Akan Hadapi Situasi Sulit

Kompas.com - 20/11/2023, 09:54 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Pada 2024, ada sejumlah negara menggelar pemilu presiden (pilpres), tidak hanya Indonesia. Diyakini, akan ada perubahan situasi geopolitik signifikan pada kurun 2024-2027, dengan implikasi situasi sulit bagi siapa pun pemenang kontestasi demokrasi pada periode tersebut, termasuk di Indonesia. 

"(Akan ada) peristiwa-peristiwa politik besar yang menentukan sejarah dunia mendatang," kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Anis Matta, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (19/11/2023).

Misal, sebut Anis, akan ada pemilu di Taiwan. Pemenang pemilu ini, ujar dia, akan memberi sinyal tentang pemenang perseteruan geopolitik antara Amerika Serikat dan China atas wilayah tersebut. 

Baca juga: Gibran: Sedang Banyak Serangan, Diamkan Saja!

Selain itu, akan ada pula Pemilu Presiden Rusia dan Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 2024. Arah politik kedua negara adidaya, ungkap Anis, akan ditentukan oleh pemilu tersebut. 

"Setelah melewati sejumlah krisis, termasuk pandemi Covid-19, kita akan memasuki area berbahaya pada kurun 2024-2027," kata Anis. 

Palestina dan geopolitik global

Satu hal yang juga tidak boleh dinafikan sejak sekarang, kata Anis yang mendirikan Partai Gelora pada 2019, adalah Palestina yang kini tengah dibombardir Israel. 

"Kita belum tahu arah ke depan dari situasi di Palestina saat ini, tapi perang ini akan menentukan (peta geopolitik global) ke depan, sebagai salah satu faktor yang menentukan bagi jalannya peristiwa-peristiwa besar mendatang," kata Anis.

Menurut dia, perang di Palestina harus dilihat juga dalam satu konteks yang sama dengan perang di Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

"(Perang Ukraina) ini sebenarnya adalah perang antara Rusia dan Sekutu. Ukraina hanya menjadi proxy medan tempur, playground, dari negara-negara superpower dan sekutu-sekutunya," ungkap Anis.

Partai Gelora—partai politik peserta Pemilu 2024 bernomor urut 7—, tutur Anis, sejak awal berdiri memosisikan diri sebagai perawi masa depan dalam konteks geopolitik. Selain pandemi Covid-19 yang memang tidak diduga oleh siapa pun, sejumlah peristiwa besar geopolitik termasuk krisis dan perang sudah disinyalkan dan telah terjadi. 

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, saat memberikan sambutan dalam Konsolidasi Indonesia Maju Sumatera Utara, di Kota Medan, Sumatera Utara, Sabtu (18/11/2023), yang dihadiri pula oleh Gibran. Anis adalah wakil ketua dewan pengarah dalam struktur Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. DOK PARTAI GELORA Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, saat memberikan sambutan dalam Konsolidasi Indonesia Maju Sumatera Utara, di Kota Medan, Sumatera Utara, Sabtu (18/11/2023), yang dihadiri pula oleh Gibran. Anis adalah wakil ketua dewan pengarah dalam struktur Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Yang harus menjadi pelajaran, kata Anis, orang-orang yang tidak menjadi para pihak utama dalam krisis dan perang akan cenderung lebih banyak menjadi korban. Di Gaza, ujar Anis memberikan contoh, kebanyakan korban jiwa adalah masyarakat sipil, bukan pasukan Hamas yang diklaim diburu Israel.

Dalam konteks politik, siapa pun yang tidak mengambil peran penting dalam proses politik global juga akan cenderung berhadapan dengan situasi yang sama, menjadi korban. Sekalipun, ada berentet peristiwa politik besar pula, termasuk kemerdekaan Indonesia, yang juga sejatinya adalah imbas dari peristiwa besar geopolitik pada masanya. 

"Karena itulah, Pemilu 2024—dari pemilu presiden sampai pemilu bupati wali kota—harus menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu menghindarkan Indonesia dari imbas situasi geopolitik yang sedang tidak baik-baik saja sekarang dan beberapa tahun ke depan," tegas Anis.

Baca juga: Tiga Pasangan Capres-Cawapres Pemilu 2024 Resmi Ditetapkan, Saatnya Adu Gagasan

Dalam hal Pemilu Presiden 2024, Anis bertutur pernah berbincang dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahwa siapa pun presiden mendatang akan menghadapi situasi yang lebih sulit dari rezim Jokowi, sekalipun dua periode pemerintahan Jokowi pun sudah cukup menghadapi situasi sulit berupa pandemi Covid-19 dan imbas perang Ukraina. 

"Kita harus ada di pusaran peristiwa (dengan manjadi bagian penting dalam geopolitik dunia) untuk dapat menavigasi seluruh rakyat Indonesia melewati tantangan itu," tegas Anis. 

Pertarungan ideologi

Menurut Anis, sejumlah pemilu presiden di dunia merupakan batu uji untuk menentukan masa depan dunia, termasuk narasi ideologi yang akan mendominasi. Dia berpendapat, demokrasi liberal yang saat ini menjadi ideologi arus utama dunia akan segera usai. 

"(Dari periode 2024-2027) akan tampak kekuatan pemenang global. Akan teruji sekuat apa Amerika Serikat, kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Lalu, akan ada ide baru apa," tutur Anis yang juga adalah wakil ketua dewan pengarah Tim Kampanye Nasional pasangan capres-cawapres nomor 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka ini. 

Namun, Anis memperkirakan bahwa geopolitik dunia mendatang juga tak akan kembali dikuasai satu kekuatan besar (unipolar) atau adu kekuatan antara Amerika Serikat dan Rusia (bipolar). 

Baca juga: Muhammadiyah Milad ke-111, Anis Matta: Saatnya Jadi Gerakan Pembaharuan Skala Global

"Kemungkinan besar, geopolitik dunia ke depan akan menjadi multipolar, menjadi kekuatan-kekuatan berdasarkan area, yang bersifat lokal," ungkap Anis. 

Sebagai konteks, Anis mengurai, bahwa demokrasi yang saat ini menjadi kekuatan dominan dunia sejatinya adalah perpaduan antara demokratisasi dan liberalisasi yang berbasis ekonomi pasar, seturut runtuhnya Uni Soviet. 

Perang-perang yang saat ini terjadi, ulang dia, diyakini akan mengubah peta kekuatan global, termasuk ideologi yang akan menentukan arah gerak setiap negara di dunia. 

"Tantangannya sekarang untuk partai politik (di Indonesia), apa proposal mereka yang mewakili populasi, bukan hanya kelompok, untuk dapat menghadapi dan mengatasi tantangan geopolitik global ini?" tegas Anis. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Pecat Caleg di Aceh yang Ditangkap Karena Kasus Narkoba

PKS Pecat Caleg di Aceh yang Ditangkap Karena Kasus Narkoba

Nasional
Achsanul Qosasi Minta Maaf karena Terima Uang 40 M dari Proyek BTS

Achsanul Qosasi Minta Maaf karena Terima Uang 40 M dari Proyek BTS

Nasional
4 Poin Penting PP Tapera: Syarat Kepesertaan hingga Besaran Iurannya

4 Poin Penting PP Tapera: Syarat Kepesertaan hingga Besaran Iurannya

Nasional
DPR Setujui Revisi 4 Undang-Undang sebagai Usul Inisiatif

DPR Setujui Revisi 4 Undang-Undang sebagai Usul Inisiatif

Nasional
Menyoal Putusan Sela Gazalba Saleh, Kewenangan Penuntutan di UU KPK dan KUHAP

Menyoal Putusan Sela Gazalba Saleh, Kewenangan Penuntutan di UU KPK dan KUHAP

Nasional
Achsanul Qosasi Akui Terima Uang dari Proyek BTS: Saya Khilaf

Achsanul Qosasi Akui Terima Uang dari Proyek BTS: Saya Khilaf

Nasional
Warga Kampung Susun Bayam Keluhkan Kondisi Huntara: Banyak Lubang, Tak Ada Listrik

Warga Kampung Susun Bayam Keluhkan Kondisi Huntara: Banyak Lubang, Tak Ada Listrik

Nasional
Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Nasional
Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Nasional
Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Nasional
Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Nasional
Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Nasional
UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com