Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaesang Berlutut di Depan Megawati, PSI: Masih Jadi Misteri Pembicaraannya

Kompas.com - 15/11/2023, 19:15 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni mengaku, hingga kini, masih menjadi misteri apa yang disampaikan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ketika berlutut di depannya.

Momen berlutut itu terjadi sebelum proses pengambilan nomor urut pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Selasa (14/11/2023) kemarin.

Raja mengaku juga penasaran dengan apa yang disampaikan Kaesang kepada Megawati.

Baca juga: Hasto Ungkap Isi Obrolan Megawati dan Kaesang: Cerita Sudah Jadi Ketum PSI

"Nah sepertinya Mas Kaesang ketika itu mau sampaikan pesan ya, dia duduk (berlutut), kemudian dia mengatakan sesuatu, sungkem ke Ibu. Ini yang masih jadi misteri," ujar Raja saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).

"Nanti saya mau tanya juga. Saya penasaran juga, kira-kira ngomong apa tuh Mas Kaesang ke Bu Mega," sambungnya.

Soal sikap Kaesang, Raja menyebut bahwa itu sudah menjadi kebiasaan putra Presiden Joko Widodo tersebut.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023). Adhyasta Dirgantara Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).

Menurutnya, Kaesang dididik Jokowi dan Iriana Jokowi untuk bisa menempatkan diri sebagai anak muda yang hormat kepada orang yang lebih tua.

"Sebagai yang lebih muda respect kepada orang tua. Jadi itu gestur yang kalau bagi saya, yang mulai ada interaksi dengan beliau, kemana-mana itu beliau sangat sopan dan respect terhadap orang tua," jelas Raja.

Raja juga menepis perihal narasi salam Kaesang tidak dibalas oleh Megawati.

Sebab, dalam momen tersebut, Kaesang lebih terlihat sedang berbicara, bukan mengajak salaman.

Baca juga: Tanggapi Salaman Gibran-Kaesang ke Megawati, Hashim: Menghargai Senior, Saya Bangga

"Saya sih enggak lihat enggak dibalas. Jadi itu memang seperti lebih sedang bertutur atau sampaikan sesuatu. Karena salaman sudah sebelumnya. Dan beliau datang lagi merunduk, semacam bersimpuh, menyampaikan sesuatu," katanya.

"Jadi memang tidak sedang ajak Ibu salaman kalau yang saya baca. Tapi ada beberapa pihak yang memviralkan seolah Bu Mega menolak salaman. Saya kira bukan. Saya kira Bu Mega juga orang tua yang sangat baik. Kayaknya konteksnya bukan ajak salaman. Jadi ajak ngobrol, kan berisik, Mas Kaesang lebih merendahkan badannya untuk lebih bisa ngomong ke Ibu," imbuh Raja.

Sebelumnya diberitakan, Kaesang sempat dua kali menyapa Megawati sebelum pengambilan nomor urut capres-cawapres.

Momen pertama terjadi sesaat setelah putra sulung Jokowi yang juga cawapres Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka, bersalaman dengan Megawati. Ketika itu, Kaesang yang mengenakan jaket merah PSI, mendatangi Mega yang tengah duduk, dan langsung menyalaminya.

Sementara momen kedua terjadi usai Gibran mengantarkan Prabowo bertemu Megawati. Kala itu, Gibran memanggil Kaesang yang telah kembali ke barisan pendukung Prabowo-Gibran, untuk mengajaknya bertemu Megawati kembali.

Baca juga: Momen Istimewa di KPU: Salam Gibran-Kaesang ke Megawati, Pertemuan Prabowo dan Cak Imin

Pada saat itu, Kaesang langsung berlutut seolah sungkem dan terlibat perbincangan singkat dengan Megawati. Sementara Gibran meninggalkan Kaesang untuk kembali duduk ke tempatnya semula di samping Prabowo.

Megawati pun terlihat tersenyum kala berbincang dengan Kaesang.

Terpisah, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, Kaesang menyampaikan kepada Megawati bahwa dirinya telah menjadi Ketum PSI ketika berlutut di depannya. Hal itu ia ketahui lantaran dirinya duduk tepat di belakang Megawati pada saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com