Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Tapak

Kompas.com - 15/11/2023, 05:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tentu saja ini bukan hanya merusak sistem, bahkan lebih jauh menghancurkan pola kaderisasi serta sistem demokrasi itu sendiri.

Mereka yang disorongkan untuk mengisi sistem yang rusak ini bisa disebut sebagai “generasi tanpa tapak”.

Generasi tanpa tapak mengacu pada individu yang mendapatkan pengakuan dan keuntungan hanya karena hubungan keluarga atau kedekatan dengan kekuasaan politik, bukan berdasarkan bakat atau prestasi pribadi.

Beberapa penyebab munculnya generasi tanpa tapak antara lain: pertama, ketidakmerataan peluang. Terjadinya ketidak merataan peluang karena sistem yang tidak adil dalam mengakses kesempatan.

Misalnya dalam pendidikan, pekerjaan, serta modal sosial-kultural, sehingga memberi ruang bagi ketidakberpihakan dan nepotisme.

Kedua, budaya nepotisme. Di mana nepotisme merupakan tantangan tersendiri, karena budaya keluarga yang kuat atau kultur politik yang korup mendorong praktik perekrutan berdasarkan hubungan keluarga atau persahabatan.

Nepotisme adalah benteng penutup yang menghalangi sistem demokrasi yang didasarkan pada merit sistem tadi.

Ketiga, ketidaktahuan dan kesadaran. Masih banyak dari kita yang tidak menyadari akan pentingnya meritokrasi dalam membangun masyarakat yang adil dan maju.

Dengan model meritokrasi, maka siapapun akan diposisikan setara dan memiliki kesempatan yang sama juga.

Konsekuensi dari eksisnya generasi tanpa tapak pada masa mendatang akan muncul ketidakpuasan publik—terutama kepada siapapun yang kemudian mendaki kekuasaan.

Bahkan bisa jadi masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem yang ada, karena dalam persepsi mereka, semua raihan yang mereka capai diperoleh melalui tata cara dan mekanisme yang tidak adil.

Di sisi lain, Generasi tanpa tapak mungkin tidak mampu menciptakan inovasi dan ketahanan ekonomi yang diperlukan untuk pertumbuhan berkelanjutan.

Sebab kehadiran mereka tidak jarang bukan karena terasah oleh suatu ekosistem yang bisa membuat seseorang menjadi tangguh, tetapi karena dikatrol oleh kekuasan.

Secara sosiologis, masalah generasi tanpa tapak bisa mengakibatkan pengkaderan yang tidak kompeten di dalam pemerintahan, yang berimbas pada penurunan kualitas dan efisiensi dalam penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan negara.

Harus disadari bahwa penting untuk menciptakan generasi yang mampu berprestasi dengan kemampuan dan kompetensi mereka sendiri.

Oleh karena itu, sistem pembangunan sejatinya diarahkan secara terfokus pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, melalui proses dan mekanisme yang berkeadilan.

Para pemangku kebijakan harus mendesain sistem kokoh, yang menutup celah dan ruang generasi tanpa tapak menggeser proses yang elegan dan adil serta berkeadaban.

Sehingga jikapun seseorang yang merupakan bagian dari suatu lingkaran keluarga tertentu, kemudian menapaki jenjang karier kepemimpinan tertentu, seperti politik misalnya, mereka bisa dipastikan sebagai "generasi bertapak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Nasional
Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Nasional
Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi 'King Maker' atau Maju Lagi

Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi "King Maker" atau Maju Lagi

Nasional
Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Nasional
Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Nasional
Pemerintah Saudi Tambah Layanan 'Fast Track' Jemaah Haji Indonesia

Pemerintah Saudi Tambah Layanan "Fast Track" Jemaah Haji Indonesia

Nasional
Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Nasional
Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Prabowo Mengaku Diuntungkan 'Efek Jokowi' dalam Menangi Pilpres

Prabowo Mengaku Diuntungkan "Efek Jokowi" dalam Menangi Pilpres

Nasional
Bantah Menangi Pilpres akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Bantah Menangi Pilpres akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Nasional
[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com