Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Politik Nilai Jokowi Pemain Watak yang Punya 2 Muka, Ini Alasannya

Kompas.com - 05/11/2023, 14:27 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar politik Ikrar Nusa Bhakti menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini tengah menunjukkan dua sisi atau watak yang berbeda dalam dirinya.

Bahkan, menurutnya, Jokowi adalah pemain watak dalam konteks pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Ia pun mencontohkan berbagai ucapan Jokowi yang dinilai kontroversi dan seolah bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.

"Kenapa saya mengatakan pemain watak yang punya dua muka. Ke depan, kepada masyarakat itu, tadi dibilang bahwa, 'Ini nanti tergantung rakyat (usai Jokowi beri restu Gibran jadi cawapres). Saya enggak ikut-ikut'," kata Ikrar menirukan ucapan Jokowi beberapa pekan lalu.

Baca juga: Jokowi dan Megawati Dinilai Sudah Berseberangan untuk Pemilu 2024

Hal itu disampaikan Ikrar Nusa Bhakti dalam tayangan Gaspol! Kompas.com yang disiarkan di kanal YouTube Kompas.com, Sabtu (4/11/2023).

Menurutnya, publik justru sudah memahami jika ucapan Jokowi bertolak belakang dengan kenyataannya.

Ikrar mengatakan, publik sudah tahu bahwa Jokowi ikut campur atau "cawe-cawe" dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Kenyataan itu semakin jelas setelah Gibran bisa maju dalam Pilpres karena adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90 PUU-XXI/2023 tentang batas usia minimum calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).

Kemudian, Ikrar mencontohkan ketika Jokowi berusaha menciptakan citra netral dengan mengajak tiga bakal capres makan siang, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Baca juga: Ikrar Nusa Bhakti Sindir Jokowi: Orang kalau Sudah Berkuasa Itu Suka Lupa

"Dalam situasi rilis (keterangan pers), (situasi makan siang) ketawa-tawa, kata Ganjar, kan," ujar Ikrar Nusa Bhakti.

"Tapi dua orang ini kan, baik Ganjar maupun Anies Baswedan masih tetap menyuarakan, apakah Anda bisa netral?" katanya lagi.

Ia lantas mengatakan, Jokowi kembali mencoba meyakinkan diri bakal netral pada Pemilu 2024 ketika menginstruksikan para penjabat kepala daerah untuk menjaga netralitas.

"Baru berapa hari ngomong gitu. Apa yang terjadi di Gianyar? (Pencopotan baliho Ganjar-Mahfud MD)," ujar Ikrar.

Baca juga: Ikrar Nusa Bhakti: Saya Tak Menyangka Jokowi Berubah, dari Jokowi adalah Kita Jadi seperti Raja Jawa Kecil

Lebih lanjut, Guru Besar Riset Politik Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI) 1984-2017 ini menilai wajar jika PDI-P dan simpatisan pendukung Jokowi pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 sakit hati melihat penurunan baliho itu.

"Pada 2019, Pemilu Presiden 2019, itu Gianyar memberikan dukungan 97 persen, tertinggi di Indonesia. Anda bisa bayangkan mengapa itu teman-teman dari PDI-P sakit hati, mengapa kemudian baliho Ganjar-Mahfud MD dipindahin," kata Ikrar.

Perlu diketahui, beberapa pernyataan Jokowi belakangan disoroti publik menjelang Pemilu 2024.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com