“Kepolisian sebagai salah satu lembaga yang diketahui berdasarkan data dari opentender.net yang ICW cek ikut mengadakan zero click sejak tahun 2017-2018 maka kami bermaksud untuk minta informasi kontrak pengadaan sebagaimana diatur dalam ketentuan UU Keterbukaan Informasi Publik,” ucapnya.
Lebih lanjut, adanya alat sadap Pegasus dengan metode zero clik ini dapat berbahaya terhadap keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
Apalagi, lanjut Tibikko, alat tersebut diakses sebagai alat penyadapan yang mudah digunakan hanya dengan mengakses dokumen maupun tautan tertentu.
ICW juga mengkhawatirkan bahwa ada terbuka potensi penyalahgunaan jika memang terkait dugaan pengadaan alat itu.
“Nah merujuk pada temuan IndonesiaLeaks sebetulnya kami melihat bahwa ada potensi penyalahgunaan alat sadap ini untuk kepentingan-kepentingan di luar penegakan hukum, dan kalau kita membaca temuan Indonesia Leaks hal itu potensi dan diduga terjadi ketika pemilu tahun 2019, di mana ada sejumlah nama politisi besar yang ditarget oleh Pegasus ini,” ucap dia.
Diketahui, Pegasus memiliki kemampuan handal untuk memata-matai pengguna smartphone (Android dan iOS) dan mencuri data-data miliknya.
Pegasus bisa masuk ke dalam perangkat digital, entah itu HP atau laptop korban, dan melihat hingga mengakses apa yang biasa dilihat oleh korban dalam perangkatnya.
Baca juga: Kantor PM Inggris Boris Johnson Diduga Menjadi Target Peretasan Pegasus
Bahkan, Pegasus bisa menyalakan mikrofon dan video dalam keadaan perangkat tidak digunakan, sehingga bisa merekam semuanya tanpa diketahui sang empunya.
Awalnya, Pegasus versi pertama yang ramai diperbincangkan pada 2016, masuk ke perangkat menggunakan metode spear phishing, alias teknik manipulasi supaya korban meng-klik tautan (link) berbahaya yang berisi spyware Pegasus.
Namun, seiring berjalannya waktu, penyebaran Pegasus kini makin canggih. Pasalnya, spyware tersebut kini bisa dipasang mengandalkan celah keamanan dalam sejumlah aplikasi umum yang terpasang di smartphone seperti aplikasi SMS, e-mail, bahkan aplikasi populer seperti WhatsApp, dan iMessage.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.