JAKARTA, KOMPAS.com - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Miftachul Akhyar mengatakan, setiap mendatangi acara PBNU, ia selalu ditanya dukungan politik, khususnya untuk pemilihan presiden dan pemilihan legislatif.
Hal itu dia sampaikan dalam pidato "Halaqoh dan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) 1 Pengurus Wilayah NU Sumatera Utara" yang diunggah di kanal YouTube TVNU, Senin (2/10/2023).
Kiai Miftachul mengatakan, setiap ada undangan, selalu ada pertanyaan siapa dan partai apa yang akan didukung oleh PBNU.
"Saya bilang nanti, menanti komando instruksi PBNU, wong calonnya saja belum ditetapkan. Calonnya bisa juga calon ini gugur, enggak masuk, namanya calon, calon jadi juga calon tidak jadi," kata dia.
"Maka saya katakan, tunggu komando PBNU, jangan buka lapak sendiri-sendiri, jangan buka toko, warung sendiri-sendiri, baik grosir maupun eceran di dalam menyongsong datangnya tahun politik," ujar dia.
Baca juga: Ketum PBNU: Soal Politik yang Penting Kita Lewat dengan Selamat
Miftachul menyampaikan, sikap PBNU ini bukan berarti menghilangkan hak politik warga NU.
Akan tetapi, PBNU memasuki abad kedua usianya yang mulai memberikan warna organisasi yang sistemik dan bisa terus maju mengikuti perkembangan zaman.
"Bukan berarti kita menghilangkan hak politik, tapi NU adalah menuju pada abad kedua ini, sebagai organisasi yang sistemik, bersistem, organisasi yang ada sami'na wa atho'na. Dan organisasi yang bisa bertabayun manakala ada berita-berita yang miring dan tidak baik," ucap dia.
Adapun topik serupa juga diungkapkan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam acara rakernas Fatayat NU.
"Soal yang lain-lain misalnya soal politik dan lain-lain sudahlah, ikuti saja saya, kita nunggu Rais Aam," ucap dia.
Gus Yahya mengatakan, ia sudah diberikan pesan agar menunggu keputusan dari Rais Aam untuk memutuskan arah dukungan PBNU.
"Kemarin sudah dibilang sama Rais Aam kemarin, ya sudah kita tunggu saja. Saya saja sudah disuruh nunggu masa kalian enggak nunggu. Kita nunggu saja sudah, enak," ucap dia kepada para Fatayat NU.
Baca juga: Gus Yahya Mengaku Jengkel, Tegaskan Tak Ada Capres-Cawapres atas Nama NU
Gus Yahya kemudian menekankan bahwa politik tak lagi jadi kepentingan utama PBNU.
PBNU saat ini lebih bercorak pada organisasi Islam yang turun langsung memberikan perubahan tanpa terafiliasi dengan politik praktis.
Dia menyebut, Pemilu 2024 bukan kepentingan utama dan bisa diibaratkan hanya sebatas simbol estafet kepemimpinan di Indonesia.
"Karena yang penting soal politik ini, yang penting kan kita lewat dengan selamat, itu aja yang penting," ujar dia.
"Ini cuma tempat lewatan saja, ini bukan pusat kepentingan kita. Karena positioning Nahdlatul Ulama sudah bergeser tidak lagi politik," ucap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.