JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan tidak mengistimewakan investor China di Pulau Rempang.
Hal ini dikatakannya untuk menjawab pertanyaan dari anggota Komisi VI DPR RI, Nusron Wahid.
Diketahui, salah satu investor di Proyek Pulau Rempang adalah produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd, dengan nilai investasi senilai 11,5 miliar dollar AS.
Awalnya, Nusron mengaku bahwa ia mendapatkan informasi ada perlakuan berbeda terhadap investor dari negara tertentu yang investasinya masuk ke BP Batam.
Baca juga: Bantah Main Uang di Proyek Pulau Rempang, Menteri Bahlil: Kalau Ada, Saya Berhenti Jadi Menteri
Bahkan, sebelum Rempang Eco City, ada perusahaan yang lebih dulu mengajukan investasi pembangunan di kawasan industri Pulau Galang.
Nusron mengatakan, pulau tersebut tidak ada penduduknya sehingga konflik tidak akan serumit Pulau Rempang seperti yang terjadi hari ini. Tetapi, BP Batam disebut tidak merespons rencana perusahaan tersebut, yang bukan berasal dari China.
"Kebetulan para tenant itu terdapat perusahaan yang datang dari Jepang, Taiwan, dan AS sehingga ada benarnya juga muncul rumor di masyarakat bahwa seakan-akan BP Batam, Menteri Investasi, pemerintah itu dianggap menganakemaskan investor dari China," kata Nusron dalam raker Komisi VI DPR RI membahas konflik Rempang, di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2023).
Baca juga: Bahlil Ungkap Warga Rempang Bakal Relokasi Mandiri, Tak Mau Aparat Keamanan Ikut Campur
Menanggapi hal itu, Bahlil memastikan bahwa tidak pilih kasih dengan perusahaan mana pun.
Sebab, menurutnya, menggaet investor untuk membenamkan modal di dalam negeri sangat sulit dan perlu persaingan ketat dengan berbagai negara.
"Jangan sampai ada persepsi bahwa seolah-olah untuk investasi Rempang ini perlakuannya khusus dengan yang lain. Kementerian Investasi enggak seperti itu," kata Bahlil.
Bahlil mengungkapkan, penjajakan investasi untuk proyek Rempang Eco City memakan waktu lama.
Timnya melakukan pertemuan dengan investor China di proyek Rempang Eco City selama berbulan-bulan lamanya. Tim pun merekomendasikan kepada Bahlil untuk memeriksa langsung perusahaan tersebut.
Baca juga: Bahlil Sebut Banyak Pihak yang Ragukan Investasi China Rp 175 Triliun di Pulau Rempang
Atas rekomendasi itu, Bahlil datang ke China. Ia mengungkapkan, proyek di Rempang merupakan hilirisasi tahap kedua setelah nikel untuk pasir kuarsa dan pasir silika.
"Setelah saya ke sana, ketemu lah sama investor dan saya ketemu langsung perusahaannya. Saya lihat pabriknya dan saya yang meminta mereka untuk datang. Sekali lagi saya clear-kan, kami tidak pernah membeda-bedakan perusahaan. Itu Insya Allah lah, Pak Nusron sangat kenal saya," ujar Bahlil.
Sebagai informasi, konflik agraria di Pulau Rempang terjadi menyusul akan dibangunnya Rempang Eco City, proyek strategis nasional untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata di lahan pulau seluas 17.600 hektar.
Salah satu investornya adalah produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd, dengan nilai investasi senilai 11,5 miliar dollar AS.
Dari luas Pulau 17.500 hektar, 10.280 hektar adalah kawasan hutan lindung. 7.572 sisanya adalah HPK yang digunakan PT MEG untuk investasi.
Untuk tahap awal, pengembangan dilakukan pada lahan seluas 2.300 hektar dari dari 7.572 hektar tersebut.
Baca juga: Soal Konflik Rempang, Menteri Bahlil: Kami Akui, Jujur, di Awal Ada Kekeliruan...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.