JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut dilibatkan dalam pembicaraan penetapan bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo.
Menurut dia, pembicaraan itu dilakukan langsung oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
"Megawati telah mendengarkan masukan dari para ketua umum partai politik pendukung pencapresan Ganjar lainnya. Bahkan, telah berulangkali berdialog dengan Jokowi," tulis akun X resmi milik DPP PDI-P @PDI_Perjuangan, Senin (25/9/2023).
Hasto menambahkan, sosok bakal cawapres Ganjar telah melalui berbagai kajian yang mendalam.
Hasto Kristiyanto Nyatakan Cawapres Ganjar Pranowo Tinggal Nunggu Pengumuman
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo tinggal menunggu waktu pengumuman.
— PDI Perjuangan (@PDI_Perjuangan) September 24, 2023
Hasto Kristiyanto: Cawapres Ganjar Pranowo… pic.twitter.com/x0XQ1DJF67
Pengumuman nama bakal cawapres Ganjar, kata Hasto, akan dilakukan oleh Megawati.
"Terkait dengan siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar sudah mengalami kajian yang mendalam tinggal menunggu momentum yang tepat nantinya akan diumumkan oleh Ibu Megawati,” tegas politikus asal Yogyakarta itu.
Soal keterlibatan Jokowi, Ketua DPP PDI-P Said Abdullah sebelumnya pernah membeberkan soal betapa pentingnya pelibatan Jokowi dalam menentukan sosok cawapres yang akan mendampingi Ganjar.
Said mengatakan, Jokowi merupakan anak ideologis dari Megawati Soekarnoputri yang paling berhasil.
"Penting banget. Penting sekali. Karena Bapak Jokowi itu kan anak ideologisnya yang paling berhasil," ujar Said dalam program Gaspol! Kompas.com, seperti disiarkan pada Rabu (13/9/2023) malam.
Baca juga: Ganjar Sebut Mahfud Berpeluang Jadi Cawapres, PPP: Megawati Punya Insting Politik yang Luar Biasa
Said menjelaskan, Jokowi sebagai kader PDI-P yang berhasil tidak mungkin ditinggalkan oleh Megawati dalam keputusan-keputusan penting.
Lagi pula, kata dia, yang menilai Jokowi berhasil sebagai Presiden adalah publik, bukan berdasarkan subyektivitas PDI-P.
"Publik mengakui, masyarakat mengakui keberhasilan Pak Presiden. Masa enggak diajak bicara? Kebangetan juga, seakan-akan ibu otoriter, semau-maunya, semena-mena," tutur dia.
"Kalau itu dilakukan oleh seorang Ibu Megawati Soekarnoputri... Kenapa saya nyebut Soekarnoputri di belakangnya? Karena darah ibu tidak bisa, baik biologis ideologis, akan ditinggalkan oleh seluruh ajaran itu," sambung Said.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.