Bersamaan dengan Hatta dan Bondan, pemerintah Belanda juga turut mengasingkan lima tokoh lainnya yakni Sutan Syahrir, Burhanuddin, Sumitro Reksodiputro, Maskun, dan Marwoto.
Para tokoh ini dianggap berbahaya oleh Belanda karena aktivitas mereka dalam PNI-Baru. Ketika itu, Bondan menjabat sebagai Komiaris Utama PNI-Baru.
Kebersamaan Bondan dan Hatta di Boven Digoel berakhir setahun setelahnya, ketika tahun 1936 pemerintah Belanda memindahkan Hatta dan Syahrir ke Bandaneira, Maluku.
Bondan sendiri tetap di Boven Digoel sampai Jepang menginjakkan kaki di tanah Papua sekitar tahun 1943. Tahanan politik di Boven Digoel pun diangkut oleh Belanda ke Australia.
Singkat cerita, 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka dari penjajahan. Bung Hatta jadi salah satu tokoh sentral yang berperan besar membebebaskan Indonesia dari belenggu Jepang dan Belanda.
Hatta turut merumuskan naskah Proklamasi bersama Soekarno dan Achmad Soebardjo. Ia juga berdiri tepat di sisi Bung Karno ketika naskah Proklamasi dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Sehari setelah kemerdekaan diproklamirkan, 18 Agustus 1945, Hatta dilantik sebagai Wakil Presiden RI bersamaan dengan pelantikan Soekarno sebagai Presiden.
Tiga tahun setelah itu, Bondan kembali bertemu Hatta. Menurut Bondan, berada di puncak kekuasaan tak membuat Hatta melupakan dirinya.
“Memang waktu itu mulai ada hambatan protokol untuk kita temui seperti dulu, tapi dalam hal ini Bung Hatta yang sengaja memanggil kami dan bertanya keadaan kami,” ujar Bondan.
Baca juga: Bung Hatta dan Asal-usul Nama Indonesia
Bondan bilang, Hatta tak pernah melupakan teman-temannya. Setelah menetap di Jakarta, Hatta kerap mengundang Bondan dan rekan-rekannya ke rumah.
“Hatta suka memutar film di rumahnya serta mengundang kami, sekadar cari kesempatan menghindari aturan protokol yang agak membatasi hubungannya dengan teman-teman,” katanya.
Bahkan, kata Bondan, pernah di suatu sore, Hatta tiba-tiba berkunjung ke rumahnya.
“Tahun 1954 Bung Hatta mengunjungi kami di rumah. Beliau masih menyempatkan hal itu. Kunjungannya tiba-tiba sore hari, dan tanpa suasana formal sedikit pun juga,” tutur Bondan.
Begitulah Hatta di mata Bondan. Sosok pejuang, disiplin, tak banyak bicara tapi pemikirannya dalam.
Di mata Bondan, Hatta selalu menjadi sosok besar. Teman yang tak berubah meski berada di pucuk kepemimpinan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.