Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kali AHY Gagal Jadi Bakal Cawapres: Pilpres 2019 Disalip Sandiaga, Kini Ditikung Cak Imin

Kompas.com - 02/09/2023, 13:31 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mencalonkan diri sebagai wakil presiden (cawapres) pada pemilu kembali menemui jalan buntu.

Jelang Pemilu 2019 lalu, nama AHY sempat masuk dalam bursa cawapres Prabowo Subianto. Namun, pada akhirnya, Prabowo menggandeng Sandiaga Uno yang kala itu masih bernaung di Gerindra.

Menuju panggung Pemilu 2024, AHY santer disebut sebagai kandidat cawapres terkuat pendamping Anies Baswedan. Akan tetapi, Anies justru memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai calon RI-2.

Berikut jejak kegagalan AHY pada dua pemilu presiden.

Disalip Sandiaga

Pada Pemilu 2019, pencapresan Prabowo didukung oleh empat partai politik Parlemen yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Lantaran Gerindra telah mengusung Prabowo sebagai capres, tiga partai lainnya mengusulkan nama cawapres. Demokrat, yang kala itu masih dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tentu mengusulkan nama AHY yang waktu itu menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma).

Sementara, PKS mengusulkan nama ketua majelis syuro partainya, Salim Segaf Al Jufri, sedangkan PAN mendorong sosok Ustaz Abdul Somad.

Baca juga: 7 Poin Kekecewaan SBY atas Pengkhianatan Anies

Anies Baswedan yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga masuk dalam bursa cawapres Prabowo.

Dari empat sosok tersebut, nama AHY dan Salim Segaf sempat menguat, lantaran Abdul Somad dan Anies menolak jadi cawapres. Namun demikian, pembahasan soal cawapres Prabowo berlangsung berlarut-larut dan tak kunjung mencapai titik temu.

Sehari jelang penutupan pendaftaran Pilpres 2019 atau Kamis, 9 Agustus 2018, Prabowo dan SBY bertemu untuk membahas ini.

Dalam pertemuan itu, SBY bersikukuh mengajukan nama AHY, sedangkan Prabowo memunculkan sosok Sandiaga Uno yang kala itu masih duduk sebagai Wali Kota DKI Jakarta.

"Kembali ke komitmen/janji Prabowo yg meminta AHY cawapres karena elektabilitas tertinggi di semua lembaga survei," kata Andi Arief yang saat itu menjabat sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat, yang juga turut dalam pertemuan SBY-Prabowo.

Nama Sandiaga sendiri sedianya baru muncul dua hari sebelumnya. Akan tetapi, SBY menolak Sandi lantaran sama-sama berasal dari Gerindra seperti Prabowo.

Di sisi lain, PKS menolak nama AHY. PKS yang punya sejarah panjang sebagai partai oposisi merasa lebih punya kedekatan dengan Gerindra. Lagipula, ketimbang Demokrat, PKS lebih dulu berkoalisi dengan partai berlambang garuda itu.

Baca juga: Anies-Cak Imin Deklarasi Bakal Capres-Cawapres 2024 Hari Ini

Akhirnya, malam itu juga, Prabowo mengambil keputusan, menunjuk Sandiaga sebagai cawapresnya, tanpa persetujuan Demokrat. Namun demikian, Prabowo meminta Sandi hengkang dari partai, supaya capres-cawapres koalisi tersebut tak sama-sama berasal dari Gerindra.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com