Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Tony Wenas Gunakan Filosofi Bermusik dalam Memimpin Freeport Indonesia

Kompas.com - 31/08/2023, 14:00 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Tony mencontohkan Kota Kuala Kencana sebagai kota modern pertama yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan.

“Kota Kuala Kencana didirikan dengan konsep pohon ditebang hanya untuk bangunan yang dibangun. Kota ini kita bangun sebagai salah satu kota dengan wawasan lingkungan terbaik,” imbuhnya.

Selain Kota Kuala Kencana, PTFI juga telah memberdayakan masyarakat Papua sebagai bagian dari perusahaan.

Baca juga: Didukung MIND ID PTFI, Sekolah Asrama Taruna Papua Luluskan Ratusan Siswa Jenjang SD dan SMP

Tony menjelaskan, sebanyak 41 persen karyawan PTFI adalah orang asli Papua dan satu orang menjabat sebagai dewan direksi.

“Vice President kami ada 9 orang Papua, managerial level ada lebih dari 150 orang Papua. Jadi itu hasil kerja keras kami selama beberapa puluh tahun di sini untuk meningkatkan tenaga kerja Papua dan kedepannya akan kami tingkatkan,” ucap Tony.

Selain itu, lanjut dia, PTFI juga memberikan beasiswa kepada 12.000 penerima, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Mayoritas penerima beasiswa ini 90 persen lebih adalah orang Papua.

Di samping itu, PTFI telah menyediakan akses Pendidikan bagi masyarakat Papua melalui Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) yang sudah melatih sekitar 4.000 orang asli Papua, dan melalui program beasiswa dan bantuan Pendidikan kepada lebih dari 12.000 orang.

Baca juga: Eduversal Foundation Kembali Gelar EMC 2023, Total Hadiah Rp 120 Juta dan Beasiswa

“Sekitar 3.000 orang sudah kerja di Freeport dan selebihnya telah bekerja di perusahaan lain, jadi kami terapkan dan prioritaskan untuk mempekerjakan orang Papua,” ujar Tony.

Ia mengungkapkan bahwa kelebihan PTFI adalah keberagaman karena hal ini menyadarkan bahwa semua pihak harus dapat berkolaborasi dan menjadi satu tim dalam satu kepemimpinan perusahaan.

Kontribusi terhadap NZE

Sebagai perusahaan tambang bawah tanah terbesar di dunia, PTFI ikut berkontribusi terhadap rencana pemerintah mewujudkan Net Zero Emission (NZE) 2030.

Tony menjelaskan, kontribusi tersebut dilakukan PTFI dalam pengoperasian alat berat untuk operasi tambang secara remote di tambang bawah tanah.

Baca juga: Jokowi Sebut Tambang Bawah Tanah PT Freeport Dijalankan 99 Persen WNI

Selain itu, kata dia, pengangkutan bijih di bawah tanah juga menggunakan kereta listrik dengan emisi nol. Tony membandingkan apabila menggunakan truk maka akan menghasilkan banyak karbon yang bisa mencemari udara.

“Kami sudah menurunkan emisi karbon sebesar 22 persen. Kami berkomitmen menurunkan emisi karbon sebesar 30 persen pada 2030. Rencananya kami akan ganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dengan liquefied natural gas (LNG). Kalau kita ganti kan emisi karbonnya bisa turun lagi,” ucapnya.

Disinggung soal potensi tambang, Tony mengatakan bahwa tambang PTFI masih menyimpan banyak cadangan mineral. Bahkan, cadangan tambang tersebut masih bisa diolah atau diproses lebih dari 2041.

“Kalau masih ada sumber alam di bawahnya tapi tidak dimanfaatkan, dari sisi pertambangan itu artinya tidak melakukan konservasi pertambangan,” ujar Tony.

Baca juga: Tak Hanya di Taman Nasional, Komodo Juga Hidup di Beberapa Kawasan Konservasi di Pulau Flores

Menurutnya, konservasi pertambangan itu adalah terjadinya perubahan bentang alam yang perlu dimaksimalkan manfaatnya sehingga dapat berdampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan.

Pemangku kepentingan yang dimaksud, mulai dari masyarakat sekitar Mimika, Papua, Indonesia, bahkan pemegang saham.

“Negara bisa mendapatkan Rp 4 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun. Masyarakat akan bisa menikmati program kita juga. Tenaga kerja 30.000 orang di PTFI akan terus bergulir,” imbuh Tony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com