Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Megawati, Pukat Sebut Pembubaran KPK Akan Jadi Hari Raya Para Koruptor

Kompas.com - 23/08/2023, 18:32 WIB
Syakirun Ni'am,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zaenur Rohman menyebut pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya akan menjadi hari raya bagi para koruptor.

Menurut Zaenur, jika KPK dibubarkan maka tidak ada lagi lembaga yang bisa mengimbangi kekuasaan dengan cukup efektif.

Hal ini Zaenur sampaikan guna merespons pernyataan Kepala Dewan Pembina Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri agar KPK dibubarkan karena dinilai tidak efektif memberantas korupsi.

Baca juga: Dulu Mendirikan KPK, Kini Megawati Justru Mengusulkan Pembubaran

“Tidak ada lagi yang ditakuti sebagaimana mereka dulu takut kepada KPK para koruptor ini, ya tentu ini menjadi hari raya bagi para koruptor,” ujar Zaenur saat dihubungi, Rabu (23/8/2023).

Zaenur menyebut, ada banyak pihak yang merasa terganggu dengan keberadaan KPK karena kerja-kerja pemberantasan korupsi. Karena itu, selalu muncul upaya melemahkan lembaga antirasuah.

Beberapa di antaranya adalah dengan mengkriminalisasi para pimpinan dan pegawainya hingga melakukan penyerangan secara fisik. Hal ini sebagaimana menimpa mantan penyidik senior Novel Baswedan.

Baca juga: Hasto Sebut Pernyataan Megawati Soal Minta Jokowi Bubarkan KPK Dipelintir

“Melukai secara fisik orang-orang di KPK gitu ya, misalnya terlihat di kasus Novel,” tutur Zaenur.

Sepanjang sejarah KPK, menurut Zaenur dua serangan paling “mematikan” bagi KPK adalah revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK.

Melalui perubahan dasar hukum itu, KPK kehilangan independensi dan ditundukkan di bawah kekuasaan eksekutif. Pegawai KPK berubah menjadi aparatur sipil negara (ASN) dan anggota Dewan Pengawas (Dewas) dipilih presiden secara langsung.

“Jadi KPK kehilangan derajat independensi yang kemudian sedikit banyak ada pengaruh kekuasaan pemerintah terhadap KPK,” kata Zaenur.

Baca juga: ICW Minta Megawati Desak KPK Tangkap Harun Masiku Ketimbang Usul Dibubarkan

Strategi melemahkan KPK yang kedua adalah dengan memasukkan “Kuda Troya”. Hal ini dilakukan dengan memasukkan pihak eksternal yang kemudian melemahkan lembaga ini dari dalam.

“Saya menyebutnya misalnya adalah pimpinan-pimpinan KPK yang sekarang itu saya menyebutnya sebagai kuda troya dan mereka melakukan banyak pelanggaran etik,” tutur Zaenur.

Sebelumnya, Megawati mengaku pernah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar membubarkan KPK.

Pernyataan itu Megawati sampaikan ketika hadir sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) di The Tribrata, Jakarta, Senin (21.8.2023).

"Saya sampai kadang-kadang bilang sama Pak Jokowi, 'sudah deh bubarkan saja KPK itu Pak, menurut saya enggak efektif'," kata Megawati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Tim Sinkronisasi Temui Sri Mulyani, Prabowo: Teknis, Teknis, Teknis

Soal Tim Sinkronisasi Temui Sri Mulyani, Prabowo: Teknis, Teknis, Teknis

Nasional
Komentari Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah, Mahfud MD: Tambah Busuk

Komentari Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah, Mahfud MD: Tambah Busuk

Nasional
Sebut Semua Partai Setuju Amendemen UUD 1945, Bamsoet Dilaporkan ke MKD DPR

Sebut Semua Partai Setuju Amendemen UUD 1945, Bamsoet Dilaporkan ke MKD DPR

Nasional
Mendagri Minta Pemprov Peduli, Anggarkan Pengelolaan Perbatasan di APBD

Mendagri Minta Pemprov Peduli, Anggarkan Pengelolaan Perbatasan di APBD

Nasional
RI Akan Kirim Pasukan Perdamaian, tetapi Tunggu Persetujuan Israel dan Palestina Dulu

RI Akan Kirim Pasukan Perdamaian, tetapi Tunggu Persetujuan Israel dan Palestina Dulu

Nasional
Nasdem Beri Rekomendasi Ilham Habibie Maju Pilkada Jawa Barat

Nasdem Beri Rekomendasi Ilham Habibie Maju Pilkada Jawa Barat

Nasional
Hasto Mengaku Belum Terima Panggilan KPK, tapi Siap Kosongkan Jadwal

Hasto Mengaku Belum Terima Panggilan KPK, tapi Siap Kosongkan Jadwal

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Dubes Slovakia, Bahas Pemeliharaan Alutsista

Prabowo Terima Kunjungan Dubes Slovakia, Bahas Pemeliharaan Alutsista

Nasional
Bertemu Zelensky, Prabowo Akui Usulan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Belum Disetujui

Bertemu Zelensky, Prabowo Akui Usulan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Belum Disetujui

Nasional
Beda Dengan Bamsoet, Syarief Hasan Bilang Pembahasan Soal Perubahan Sistem Pilpres Belum Dilakukan

Beda Dengan Bamsoet, Syarief Hasan Bilang Pembahasan Soal Perubahan Sistem Pilpres Belum Dilakukan

Nasional
Kader Demokrat Gugat UU DKJ ke MK agar Bisa Jadi Walkot Jakpus

Kader Demokrat Gugat UU DKJ ke MK agar Bisa Jadi Walkot Jakpus

Nasional
Prabowo Makan Siang Bareng Jokowi, Laporkan soal Gaza dan Kunjungan Kerja ke Singapura

Prabowo Makan Siang Bareng Jokowi, Laporkan soal Gaza dan Kunjungan Kerja ke Singapura

Nasional
RUU MK Belum Disahkan, Ketua Komisi III Sebut DPR Fokus pada RAPBN 2025

RUU MK Belum Disahkan, Ketua Komisi III Sebut DPR Fokus pada RAPBN 2025

Nasional
Soal Evakuasi 1.000 Warga Gaza, Prabowo: Kita Siapkan

Soal Evakuasi 1.000 Warga Gaza, Prabowo: Kita Siapkan

Nasional
RI-Rwanda Sepakat Penerapan Solusi 2 Negara untuk Kemerdekaan Palestina

RI-Rwanda Sepakat Penerapan Solusi 2 Negara untuk Kemerdekaan Palestina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com