Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Pak Lurah Berbaju Raja Pakubuwono

Kompas.com - 20/08/2023, 06:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kekuasaannya sangat besar dan bersifat hegemonik. Namun, kekuasaan itu dipandang bersifat positif, karena lurah dan raja mendapat legitimasi secara adikodrati.

Istilah “lurah” tak asing bagi masyarakat pedesaan Jawa. Sebutan yang dikenakan kepada Jokowi, saya kira, merujuk pada konsep lurah dalam perspektif pedesaan Jawa.

Bukan merujuk pada pengertian lurah dalam tata pemerintahan desa dewasa ini, yang memimpin teritori kelurahan di wilayah kota dan diangkat dari pegawai pemerintah.

Secara administratif, pemimpin teritori desa adalah kepala desa. Namun, sebagian masyarakat desa di pedesaan Jawa, lebih mengakrabi sebutan “lurah” daripada “kades” (kepala desa).

Lurah bukan sembarangan orang. Ia dipilih oleh rakyat. Namun, legitimasinya sejatinya bukan pada keterpilihan oleh rakyat, melainkan legitimasi adikodrati. Warga desa di Jawa menyebut “pulung” atau “ndaru”, semacam wahyu, bisikan langit.

Setiap pemilihan lurah soal “pulung” selalu dibicarakan warga desa. Malam menjelang pemilihan, biasanya ada warga yang sengaja tidak tidur guna melihat siapa yang mendapatkan “pulung”.

Dipercayai, “pulung”, mirip cahaya putih yang jatuh dari langit, akan turun di kediaman calon saat malam menjelang pemilihan.

Seseorang yang terpilih sebagai lurah dianggap mendapatkan “pulung”, yang menandai ada restu dari kekuatan langit (Tuhan). Karena itu, kekuasaannya diidam-idamkan (dituntut) memberikan hal baik, positif, bagi warga desa.

Sifat adil, bijak, melindungi, yang diidam-idamkan dari lurah semata-mata bukan karena dirinya, melainkan kekuatan atau sifat adikodrati. Bila lurah keluar dari sifat yang diidam-idamkan, pertanda “pulung” juga telah meninggalkan dirinya.

Lurah di suatu desa biasanya masih berkerabat dengan lurah sebelumnya. Bahkan, tak jarang lurah yang sedang menjabat adalah putra dari lurah sebelumnya, “lurah dongkol”.

Masyarakat percaya bahwa “pulung” biasanya memilih orang yang masih berhubungan darah (kerabat) dengan lurah-lurah sebelumnya.

Dalam kosmologi Jawa, raja pun dipercayai sebagai seseorang yang memperoleh bisikan langit, sehingga dirinya memiliki kesempurnaan, kesaktian dan kekuatan yang mahabesar untuk menjalankan kekuasaan.

Karena legitimasi adikodrati, kekuasaan selalu dipandang positif. Raja memiliki tugas mulia, yakni menjaga keadaan “tata tentrem kerta raharja” (tertib, tentram, makmur dan bahagia).

Di buku yang sudah tergolong klasik, “Refleksi Paham Kekuasaan Jawa dalam Indonesia Modern” (1986), Fachry Ali melihat prinsip harmoni yang menjadi inti hidup Jawa dengan sendirinya melahirkan gejala pemusatan kekuasaan.

Kekuasaan yang terbagi-bagi atau terpencar-pencar hanya akan menyebabkan ketidakteraturan dan mengundang konflik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com