Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Refleksi Demografis pada Hari Kemerdekaan Ke-78 Indonesia

Kompas.com - 17/08/2023, 08:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA saat ini sedang menikmati bonus demografi yang akan mencapai puncaknya periode 2030-2045.

Bonus demografi merupakan suatu kondisi di mana jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun/usia produktif) mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen penduduk lainnya dikategorikan tidak produktif atau berusia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun.

Jadi angkatan kerja produktif menanggung beban ekonomi jauh di bawah batas kapasitas produktifnya. Karena itulah sangat bagus untuk perekonomian nasional kita.

Jika mayoritas angkatan kerja mendapat pekerjaan layak, maka otomatis angka kemiskinan akan tertekan hingga ke titik terendahnya dan di sisi lain angka pertumbuhan ekonomi akan mengalami titik tertingginya.

Di Indonesia saat ini, penduduk usia produktif, yakni berusia 15-64 tahun, akan mencapai sekira 180 juta atau 68 persen dari total penduduk.

Pada 2030-2045, penduduk usia produktif kita diperkirakan mencapai 70 persen. Di saat itulah puncak bonus demografi di negeri ini.

Namun kondisi Indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Penduduk miskin masih berkisar 9 persenan dari jumlah total penduduk dan angka pengangguran terbuka masih mencapai 6 persenan dari total angkatan kerja.

Celakanya lagi, sekitar 50 persen lebih penduduk yang bekerja justru berada di sektor informal. Pun mayoritas tenaga kerja berpendidikan maksimal Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Tak sampai di situ, risiko lainnya adalah saat pencari kerja meningkat, Indonesia diterjang oleh "era disruption technology." Perkembangan teknologi untuk meningkatkan produktifitas yang tidak dikelola dengan baik justru akan menekan kesempatan kerja bagi banyak angkatan kerja yang ada.

Jika Indonesia kurang mampu beradaptasi dengan teknologi digital, sementara banyak perusahaan berhadapan dengan tekanan digital untuk meningkatkan produktifitas sekaligus melakukan perampingan penggunaan tenaga kerja atas nama efisiensi.

Oleh karena itu, persoalan Indonesia saat ini tidak saja tentang bagaimana mempersiapkan generasi muda berkualitas, melainkan juga menyiapkan iklim usaha produktif untuk lahirnya perusahaan-perusahaan penyedia lapangan kerja sebanyak-banyaknya alias investasi baru.

Kemajuan ekonomi Indonesia bisa diraih lewat pembangunan sektor riil, pelayanan dan finansial, serta sektor digital.

Industri mau tak mau harus terus didorong untuk bertumbuh. Karena dengan cara itu, pertumbuhan tenaga kerja terampil dan produktif bisa diakomodasi secara seimbang.

Selain itu, dunia pendidikan harus bisa pula mempersiapkan lulusan yang mudah untuk dilatih menjadi tenaga kerja terampil. Dunia pendidikan harus menyiapkan generasi muda yang berketerampilan baik, sekaligus memiliki kreatifitas mumpuni.

Generasi muda berkualitas adalah generasi yang memiliki integritas baik, memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia, dan memiliki kompetensi di bidangnya.

Generasi muda berkualitas adalah mereka yang mudah beradaptasi dengan perubahan dan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi digital sebagai instrumen untuk tumbuh dan berkembang.

Generasi ini sejatinya memiliki kecerdasan komprehensif, yakni kecerdasan untuk bekerja secara produktif, inovatif, dan mampu berinteraksi sosial dengan baik, serta tak lupa juga berperadaban unggul.

Persoalannya, dari sisi kompetensi, pendidikan formal di Indonesia masih jauh dari level ideal untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com