Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Koalisi Besar Prabowo Belum Tentu Menjamin Kemenangan

Kompas.com - 14/08/2023, 16:18 WIB
Ardito Ramadhan,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah mengatakan, besarnya kursi parlemen yang dikuasai koalisi pendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto belum tentu menjamin kemenangan di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Untuk diketahui, koalisi pendukung Prabowo terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang menguasai sekitar 46 persen kursi di DPR.

"Dari komposisi koalisi mesin parpol, Prabowo memang potensial unggul cukup jauh, tetapi situasi itu belum tentu membuat Prabowo mudah memenangi kontestasi. Apalagi, dalam satu putaran," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/8/2023).

Dedi mengatakan, hasil survei menunjukkan bahwa pemilih di Indonesia cenderung menjatuhkan pilihannya berdasarkan ketokohan calon presiden, bukan karena partai pengusungnya.

Baca juga: Prabowo Disokong 4 Parpol Parlemen, Sandiaga: Yang Penting Dekat dengan Rakyat

Menurutnya, hal itu disebabkan oleh minimnya kepercayaan publik terhadap partai politik (parpol).

"Sehingga akan lebih banyak orang yang memilih secara langsung pada orang, bukan partai. Untuk itu, koalisi besar tidak menjamin mendapat suara bulat suara parlemen," ujar Dedi.

Ia mengungkapkan, jika tokoh yang bersaing dalam Pilpres punya karisma dan popularitas setara, gerakan mesin partai pun akan semakin sulit mendominasi.

"Hanya partai yang teruji soliditasnya yang bisa dijadikan rujukan, sejauh ini partai demikian itu baru terlihat di PDI-P dan PKS," katanya.

Oleh sebab itu, Dedi menilai, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan masih punya peluang untuk memenangkan Pilpres, meski koalisinya tak segemuk koalisi Prabowo.

Baca juga: Kata PAN jika Golkar-PKB Tolak Erick Thohir Jadi Bakal Cawapres Prabowo

"Utamanya Anies karena suara yang disasar Anies hanya kelompok kontra pemerintah, Anies tidak miliki rivalitas dalam hal ceruk suara utama. Tetapi, Ganjar justru akan dibuat sulit bergerak mengingat mereka berbagi ceruk serupa dengan Prabowo," ujar Dedi.

Untuk diketahui, koalisi pendukung Prabowo kini beranggotakan empat partai politik parlemen, yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, dan PAN.

Koalisi tersebut dideklarasikan oleh empat ketua umum partai politik tersebut pada Minggu (13/8/2023) kemarin.

Sementara itu, pendukung Ganjar terdiri dari dua partai parlemen, yakni PDI-P dan PPP. Ditambah partai di luar parlemen, Hanura, Perindo, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Kemudian, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan diisi tiga partai parlemen, yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca juga: Jokowi Pastikan Koalisi Pemerintah dan Kabinet Tetap Solid Usai Golkar dan PAN Dukung Prabowo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 27 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 26 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sudirman Said Siap Bersaing dengan Anies Rebutkan Kursi Jakarta 1

Sudirman Said Siap Bersaing dengan Anies Rebutkan Kursi Jakarta 1

Nasional
Sudirman Said: Jakarta Masuk Masa Transisi, Tak Elok Pilih Gubernur yang Bersebrangan dengan Pemerintah Pusat

Sudirman Said: Jakarta Masuk Masa Transisi, Tak Elok Pilih Gubernur yang Bersebrangan dengan Pemerintah Pusat

Nasional
Siap Maju Pilkada, Sudirman Said: Pemimpin Jakarta Sebaiknya Bukan yang Cari Tangga untuk Karier Politik

Siap Maju Pilkada, Sudirman Said: Pemimpin Jakarta Sebaiknya Bukan yang Cari Tangga untuk Karier Politik

Nasional
Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

Nasional
Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

Nasional
Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

Nasional
Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

Nasional
Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

Nasional
Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

Nasional
Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Nasional
Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Nasional
Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Nasional
Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com