JAKARTA, KOMPAS.com- Reporter Kompas.com bersama sejumlah wartawan Istana Kepresidenan berkesempatan menjajal perjalanan menggunakan light rail transit (LRT) Jabodebek dari Stasiun Jati Mulya, Bekasi, menuju Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Para jurnalis datang untuk meliput kegiatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjajal LRT Jabodebek bersama beberapa selebritas.
Namun, awak media berada di gerbong yang berbeda meskipun mendapat kesempatan untuk berada dalam rangkaian kereta yang sama dengan rombongan presiden.
Kereta yang ditumpangi Jokowi dan pewarta berangkat dari Stasiun Jati Mulya menuju Stasiun Dukuh Atas pada pukul 08.49 WIB.
Ketika kereta mulai bergerak, terasa tarikan yang cukup kuat sehingga sebagian penumpang harus berpegangan. Tarikan maupun dorongan itu rupanya selalu terasa setiap kereta berhenti dan berangkat di setiap stasiun yang dilalui.
Baca juga: Jokowi Sebut LRT Jabodebek Bakal Diresmikan pada 26 Agustus
Total, ada 12 stasiun yang dilalui sepanjang perjalanan dari Jati Mulya menuju Dukuh Atas, yakni Bekasi Barat, Cikunir 2, Cikunir 1, Jatibening Baru, Halim, Cawang, Ciliwung, Cikoko, Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, dan Setiabudi.
Namun, di luar itu, perjalanan dengan LRT Jabodebek terasa cukup nyaman dengan kecepatan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kendaraan-kendaraan yang melintas di bawah rel LRT Jabodebek.
Berdasarkan catatan Kompas.com menggunakan aplikasi Gps Speedometer, laju kereta LRT Jabodebek mencapai angka maksimum 83 kilometer per jam.
Sementara itu, menurut aplikasi yang sama, kecepatan rata-rata kereta tersebut berada di angka 29 kilometer per jam.
Namun, perlu diingat bahwa angka tersebut turut menghitung masa ketika kereta berhenti selama kurang lebih 30 detik di setiap stasiun.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Harus Ada Subsidi bagi Penumpang LRT Jabodebek
Salah satu hal yang menjadi perhatian ketika menjajal LRT Jabodebek adalah mengecek kecepatan kereta saat berbelok di jembatan lengkung atau longspan yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Jembatan ini menjadi sorotan karena disebut salah desain sehingga kereta harus berjalan lambat saat melintasinya.
Berdasarkan pengalaman Kompas.com, kereta masih melaju cukup cepat selepas Stasiun Pancoran, stasiun terakhir sebelum tikungan Kuningan.
Namun, ketika memasuki area tikungan, kereta tersebut melambat hingga sekitar 20 kilometer per jam.
Meski melambat, waktu tempuh kereta untuk berbelok agaknya masih lebih cepat dibandingkan menunggu lampu lalu lintas di persimpangan tersebut.