Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kelaparan di Papua Tengah, Pengamat: Harusnya Pemerintah Sudah Punya Solusi

Kompas.com - 07/08/2023, 10:59 WIB
Fika Nurul Ulya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kelaparan di Papua Tengah akibat kekeringan dan cuaca dingin ekstrem menjadi sorotan. Terlebih, ada 6 warga yang meninggal dunia diduga karena kelaparan.

Pengamat Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria mengatakan, pemerintah seharusnya sudah memiliki solusi untuk mengatasi kasus kelaparan tersebut.

Hal ini mengingat, kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Kabupaten Puncak, Papua Tengah merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi mulai bulan Mei, Juni, hingga Juli.

Baca juga: Untuk Warga Terdampak Kekeringan, 5.228 Kilogram Logistik dan Peralatan Didistribusikan ke Papua Tengah

Fenomena yang ditandai dengan hujan es disertai kabut es ini menyebabkan tanaman dan umbi-umbian membusuk, tidak layak konsumsi, sehingga memicu kelaparan.

"Jika sudah diketahui masyarakat di suatu daerah pernah mengalami kasus kelaparan, artinya pemerintah pusat sudah punya catatan khusus terhadap hal ini. Dan tentu harusnya sudah punya solusi untuk mengatasi kasus tersebut," kata Sofyano saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/8/2023).

Ia menyampaikan, ada beberapa cara menangani kasus kelaparan, salah satunya membangun gudang tempat penampungan bahan makanan pokok untuk masyarakat setempat, khususnya di daerah yang sulit dijangkau.

Dalam kasus kelaparan baru-baru ini di Distrik Agandugume misalnya, pemerintah hanya mengantar bantuan hingga Distrik Sinak karena beberapa kendala.

Warga Agandugume harus menjemput bantuan tersebut dengan berjalan kaki dua hari satu malam karena tidak ada kendaraan yang bisa lewat.

Baca juga: BNPB Sebut Sudah Identifikasi Lokasi Pembangunan Gudang Logistik di Puncak Papua Tengah

Karena hal ini pula, kata Sofyano, penting bagi pemerintah membangun akses transportasi di wilayah tersebut. Tentu saja, dengan mempertimbangkan medan dan kontur wilayahnya.

"Transportasi untuk keperluan pemenuhan logistik bagi daerah-daerah terluar yang sulit dijangkau harus dapat perhatian khusus yang sama," ucap dia.

Terkait adanya ancaman keamanan, menurut Sofyano, pemerintah seharusnya bisa menangani secara cerdas, cepat, dan terukur.

"Sepanjang penangaan terhadap masalah apa pun tanpa terkecuali soal keamanan, dilakukan secara cerdas, cepat, tanggap, dan terukur, maka mengatasi wilayah 3T agar aman dari kasus kelaparan dan lain-lain bukanlah hal sulit," kata dia.

Warga Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, terdampak kekeringan.

Adapun kekeringan yang menjadi sebab gagal panen ini dipengaruhi musim kemarau berkepanjangan yang diiringi cuaca dingin ekstrem.

Kekeringan itu juga menyebabkan warga kesulitan mendapat air bersih.

Sejauh ini, Kementerian Sosial (Kemensos) sudah mengirim bantuan 25,15 ton, meliputi bantuan dari Kemensos, bantuan dari TNI, dan bantuan dari PT Freeport.

Jenis bantuan dari Kemensos meliputi makanan siap saji 4.000 paket, makanan anak 4.000 paket, lauk pauk siap saji 2.000 paket, dan tenda gulung 500 lembar.

Baca juga: Bantuan 2,6 Ton untuk Warga Papua Tengah Dikirim Langsung ke Agandugume

Lalu, sarden 25 dus, kornet 32 dus, abon sapi 15 dus, biskuit 18 dus, pakaian anak (TK, SD dan SMP) 3.000 stel, pakaian dewasa 4.000 stel, celana dewasa 4.000 lembar, dan selimut 4.000 lembar.

Adapun bantuan dari Panglima TNI berupa beras 40 kg sebanyak 50 karung, sembako 600 paket, dan mie instan 200 dus. Bantuan dari PT Freeport meliputi sarden 100 dus, dan biskuit 100 dus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com