Pengamat Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria mengatakan, pemerintah seharusnya sudah memiliki solusi untuk mengatasi kasus kelaparan tersebut.
Hal ini mengingat, kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Kabupaten Puncak, Papua Tengah merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi mulai bulan Mei, Juni, hingga Juli.
Fenomena yang ditandai dengan hujan es disertai kabut es ini menyebabkan tanaman dan umbi-umbian membusuk, tidak layak konsumsi, sehingga memicu kelaparan.
"Jika sudah diketahui masyarakat di suatu daerah pernah mengalami kasus kelaparan, artinya pemerintah pusat sudah punya catatan khusus terhadap hal ini. Dan tentu harusnya sudah punya solusi untuk mengatasi kasus tersebut," kata Sofyano saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/8/2023).
Ia menyampaikan, ada beberapa cara menangani kasus kelaparan, salah satunya membangun gudang tempat penampungan bahan makanan pokok untuk masyarakat setempat, khususnya di daerah yang sulit dijangkau.
Dalam kasus kelaparan baru-baru ini di Distrik Agandugume misalnya, pemerintah hanya mengantar bantuan hingga Distrik Sinak karena beberapa kendala.
Warga Agandugume harus menjemput bantuan tersebut dengan berjalan kaki dua hari satu malam karena tidak ada kendaraan yang bisa lewat.
Karena hal ini pula, kata Sofyano, penting bagi pemerintah membangun akses transportasi di wilayah tersebut. Tentu saja, dengan mempertimbangkan medan dan kontur wilayahnya.
"Transportasi untuk keperluan pemenuhan logistik bagi daerah-daerah terluar yang sulit dijangkau harus dapat perhatian khusus yang sama," ucap dia.
Terkait adanya ancaman keamanan, menurut Sofyano, pemerintah seharusnya bisa menangani secara cerdas, cepat, dan terukur.
"Sepanjang penangaan terhadap masalah apa pun tanpa terkecuali soal keamanan, dilakukan secara cerdas, cepat, tanggap, dan terukur, maka mengatasi wilayah 3T agar aman dari kasus kelaparan dan lain-lain bukanlah hal sulit," kata dia.
Warga Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, terdampak kekeringan.
Adapun kekeringan yang menjadi sebab gagal panen ini dipengaruhi musim kemarau berkepanjangan yang diiringi cuaca dingin ekstrem.
Sejauh ini, Kementerian Sosial (Kemensos) sudah mengirim bantuan 25,15 ton, meliputi bantuan dari Kemensos, bantuan dari TNI, dan bantuan dari PT Freeport.
Jenis bantuan dari Kemensos meliputi makanan siap saji 4.000 paket, makanan anak 4.000 paket, lauk pauk siap saji 2.000 paket, dan tenda gulung 500 lembar.
Lalu, sarden 25 dus, kornet 32 dus, abon sapi 15 dus, biskuit 18 dus, pakaian anak (TK, SD dan SMP) 3.000 stel, pakaian dewasa 4.000 stel, celana dewasa 4.000 lembar, dan selimut 4.000 lembar.
Adapun bantuan dari Panglima TNI berupa beras 40 kg sebanyak 50 karung, sembako 600 paket, dan mie instan 200 dus. Bantuan dari PT Freeport meliputi sarden 100 dus, dan biskuit 100 dus.
https://nasional.kompas.com/read/2023/08/07/10594011/soal-kelaparan-di-papua-tengah-pengamat-harusnya-pemerintah-sudah-punya