KAWASAN Asia Tenggara unik dari segi budaya, agama, sosial, politik, ekonomi dan sejarah. Di samping di dataran utama Asia, ada pulau-pulau seperti yang ditempati negara Filipina, Malaysia, Singapura, dan tentu saja Indonesia, yang terbesar.
Masing-masing wilayah kini berkembang pesat menjadi negara-negara modern dan pemain global yang masih terhubung lewat ASEAN (Association of South East Asian Nations).
Sebetulnya kawasan ini terhubung lama sekali, bahkan sebelum era sejarah. Zaman pra-sejarah pun masih menyimpan bukti keterkaitan antara satu kerajaan dan lainnya di berbagai negara saat ini.
Candi-candi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Thailand, saling terhubung dari segi arsitektur, tradisi, agama, dan budaya.
Sriwijaya dan Majapahit mempunyai hubungan erat dengan kepulauan Filipina, wilayah Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, apalagi Timor Leste.
Di era kolonialisme Eropa, perubahan peta wilayah ini karena dagang, politik, dan pembatasan tetap melanjutkan keterkaitan antara satu dan lainnya.
PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), di bawah kepemimpinan KH Dr Yahya Cholil Staquf pada Senin (7/8/2023) besok, akan mengadakan Asean Intercultural and Interrelgious Dialogue Conference (IIDC).
Para pemimpin agama dari wilayah Asean akan hadir dan berbagi pengalaman. Tema yang diambil sebagai benang merahnya adalah "ASEAN Shared Civilizational Values".
Acara itu merupakan lanjutan dari gagasan dan wawasan masa depan besar dari R 20 di Bali dan Yogyakarta pada November 2-3 tahun 2022.
Makalah-makalah dari para presenter di Bali sudah diterbitkan dan dibedah di UGM Yogyakarta pada tanggal 4 Agustus lalu. Penulis salah satu pembicaranya.
Kumpulan makalah itu berjudul: Proceeding of the R20 International Summit of Religious Leaders, Bali, Indonesia. Kumpulan tulisan yang mencerahkan karena memuat tema-tema penting yang dihadapi dunia saat ini.
Terutama pada bagian awal memuat nilai-nilai bersama menurut para pemimpin berbagai agama di dunia. Ini yang akan didiskusikan lagi pada acara pertemuan para pemimpin agama ASEAN itu.
Jika di Bali banyak diungkap bagaimana para pemimpin agama dunia memandang umat, nilai, etika, dan tantangan dengan mengungkap perkembangan masing-masing agama yang berbeda di dunia, acara di Jakarta akan melihat lebih khusus sumbangan Asia ke dunia. Terutama bagaimana sumbangan Indonesia untuk dunia.
Patut diingatkan kembali bahwa Indonesia terkenal dengan banyaknya agama yang bersanding satu dan lainnya.
Umat banyak, organisasi keagamaan subur, tempat ibadah berkembang, dan gagasan tentang keagamaan juga melimpah di Nusantara ini. Lalu, bagaimana ini bisa dibagi di level global.