Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituding Khianati Reformasi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Gitu, Kita Bisa Sebut Xanana dan Nelson Mandela Berkhianat

Kompas.com - 28/07/2023, 11:20 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menjawab tudingan yang menyebut dirinya telah mengkhianati semangat Reformasi lantaran bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Menurut Budiman, jika ia dianggap mengkhianati Reformasi karena bertemu Prabowo, maka tokoh besar seperti Nelson Mandela dan Xanana Gusmao juga pengkhianat karena bisa berdamai dengan lawan politiknya.

"Kalau itu, kita bisa saja sebut Xanana berkhianat, kita bisa sebut Nelson Mandela berkhianat. kita bisa sebut seperti itu," kata Budiman dalam program Gaspol! Kompas.com, Rabu (26/7/2023).

Baca juga: Klaim 90 Persen Penumpang Perahu Jokowi Puas, Budiman Sudjatmiko: Banyak yang Ingin Diperpanjang

Ia berpandangan, bangsa Indonesia tidak boleh terus-menerus terbelah hingga negara ini hanya menjadi sebuah objek.

Aktivis Reformasi ini mengatakan, perlu ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan di masa lalu.

"Jadi menurut saya, saya ingin mencoba membangun jembatan itu karena kita perlu cara-cara lain, cara-cara yang lebih beragam untuk menyelesaikan masalah-masalah lama yang menjadi peninggalan masa lalu," kata dia.

Budiman pun mengakui bahwa dirinya tidak mau bertahan pada peran lamanya, karena dianggapnya tidak bisa memberikan kontribusi yang lebih luas.

Baca juga: Penangkapan Budiman Sudjatmiko dan Air Mata Ibu Usai Insiden 27 Juli

"Sementara ketika saya memilih bertahan, lapangan berubah dan orang-orang berpesta, mencuri, orang-orang tidak membawa lompatan kemajuan dan pada akhirnya orang kemudian menjadi skeptis terhadap hasil reformasi," ujar Budiman.

Untuk diketahui, Budiman dan Prabowo bertemu di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023) lalu.

Melansir Tribunnews.com, Budiman menyatakan bahwa situasi sekarang sudah berbeda. Dia dan Prabowo pun sepakat mengenang masa lalu hanya sebagai masa lalu.

"Ketika sekarang situasi sudah lebih baik bagi bangsa, saling dewasa, bicara perbedaan, maka kita mengenang masa lalu sebagai masa lalu, masa depan bukan untuk kami tapi untuk bangsa," ungkapnya.

Karena itu, Budiman pun memberikan dukungan kepada Prabowo untuk tidak terus diganduli oleh masa lalu. Apalagi, ia menilai Eks Danjen Kopassus itu sebagai tokoh bangsa yang baik.

"Oleh karena itu, saya apresiasi, ajak Pak Prabowo, ayok jalan terus, mudah-mudahan, kita beri dukungan agar orang-orang baik bangsa ini seperti Pak Prabowo tidak terus diganduli masa lalu," jelasnya.

Pernyataan Budiman ini mendatangkan kritik dari kalangan aktivis. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai pernyataan itu menyakiti korban penculikan aktivis '98.

Sepeti diketahui, Prabowo yang kala itu menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus telah dinyatakan terbukti memerintahkan penculikan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com