Dalam perjalanannya, si subes perlu belajar serta beradaptasi dalam memulai hal-hal baru, utamanya bagi mereka yang berlatar belakang non-diplomat karir. Proses tersebut sedikit-banyak mengorbankan target capaian diplomasi yang semestinya bisa dikebut di tahun-tahun akhir kepemimpinan Presiden Jokowi.
Dalam otobiografi berjudul Retrospeksi: Langkah Kehidupan dan Perjalanan Karier Seorang Diplomat Indonesia (2011), Soemadi Brotodiningrat yang pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk AS tahun 2002-2005 mengungkapkan betapa rumitnya mengelola hubungan RI-AS, terutama pasca-peristiwa 9/11 yang lebih banyak diwarnai dengan sentimen sumbang publik dalam negeri dibanding yang bernada positif.
Soemadi menulis, "Kecurigaan terhadap campur tangan urusan dalam negeri lebih menonjol daripada kedekatan dengan adanya "shared democratic value", persepsi tentang hubungan ekonomi yang eksploitatif lebih kuat daripada apresiasi sebagai mitra pembangunan, kesan anti-Islam lebih dominan ketimbang solidaritas antiterorisme".
Lebih lanjut, Soemadi menulis, “....Washington, D.C. merupakan medan yang terasa lebih berat. Saya tidak meragukan bahwa AS menganggap Indonesia sebagai negara yang penting, namun di mata AS negara yang sama pentingnya dengan Indonesia cukup banyak.”
Kini, lanskap tantangan antar kedua negara telah bertransformasi menjadi semakin beragam dan berwarna, merentang mulai dari isu kerja sama ekonomi, keamanan, maritim, teknologi, energi, kesehatan, pendidikan hingga perubahan iklim dan hak asasi manusia.
Baca juga: Penasaran Berapa Gaji Diplomat PNS di Kemenlu?
Belum lagi ketika dihadapkan dengan dinamika di Indo-Pasifik yang menjepit Indonesia di antara perebutan pengaruh dan kepentingan negara-negara lain di kawasan, termasuk AS di antaranya.
Dalam momen pertemuan bilateral Presiden RI dan Presiden AS di sela-sela KTT G20 pada November 2022, Presiden Jokowi mendorong sejauh mana kerja sama Indo-Pacific Economic Framework (IPEC) yang digagas AS mampu mewujud dalam hasil konkret bagi Indonesia yang menjadi anggota dan kemakmuran negara-negara Indo-Pasifik secara keseluruhan.
Berkaca dari gambaran tantangan di atas, upaya menjaga keseimbangan antara tarikan sentimen publik domestik, dinamika politik regional maupun global, serta usaha mewujudkan kepentingan nasional menjadi tugas berat yang pasti dihadapi para Dubes RI untuk AS saat ini maupun nanti, yang dituntut mampu membumikan aksi kebijakan luar negeri bagi kemakmuran masyarakat banyak di Tanah Air, sejalan dengan adagium "Foreign policy is ended at our home".
Tanpa menafikan tugas para diplomat kita, kepemimpinan dubes sebagai inisiator, fasilitator, dan negosiator yang stabil lagi efektif di Washington, menjadi amat dibutuhkan kini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.